DISKUSI
6 :
Bu Aniek yang tinggal di Yogya ingin
memulai bisnis dengan melakukan waralaba (franchise) bidang kuliner.
Namun karena modalnya terbatas, maka perlu menentukan bidang kuliner yang
terjangkau dengan modal yang dimiliki, tetapi mempunyai potensi pasar yang
luas.
Anda sebagai mahasiswa yang sedang
belajar matakuliah kewirausahaan diminta memberikan masukan, apa saja yang
harus dipertimbangkan dalam memilih waralaba bidang kuliner, supaya usaha Bu
Aniek bisa berkembang.
PENDAPAT
DISKUSI :
Tak perlu heran melihat restoran soto kudus, restoran masakan
padang, kedai bakso malang, bahkan gerai donat dan sate jamur dengan nama usaha
yang sama tersebar di beberapa tempat di satu kota, bahkan di berbagai belahan
dunia lainnya. Bisa jadi, cabang-cabang restoran dan gerai makanan itu dibuka
sendiri oleh si pemilik usaha. Namun, bukan tidak mungkin tempat makan itu
merupakan waralaba yang dibeli pihak lain.
Jika dulu hanya "segelintir" orang yang berbisnis
waralaba karena bisnis waralaba kebanyakan berasal dari luar negeri dan
membutuhkan dana sangat besar, maka kini bisnis waralaba justru berkembang
pesat. Menurut Fauziah Arsiyanti, SE, MM, Dip IFP, advisor lembaga keuangan
First Principal Financial Singapura, hal ini disebabkan oleh orang yang membeli
waralaba, yang disebut pewaralaba atau franchisee, tak perlu memulai usahanya
dari nol.
Setelah membeli, pewaralaba tinggal menjalankan usahanya
berdasarkan manajemen dan peraturan yang ditentukan pemiliknya. Meski banyak
yang melirik bidang lain, bisnis waralaba di bidang makanan, termasuk makanan
tradisional, lebih banyak diminati. Pasalnya, kata konsultan yang akrab disapa
Zizi ini, masyarakat Indonesia memang menyukai makanan tradisional.
Selain itu, mau tak mau, orang memang membutuhkan makan. Ditambah
lagi, berbisnis waralaba makanan tradisional tak selalu butuh modal besar. Zizi
mengingatkan, tetap bersikap hati-hati dan selektif memilih waralaba adalah
syarat utama sebelum memutuskan membeli waralaba.
Jika ingin mulai menjadi pewaralaba, berikut ini poin-poin
penting yang harus diperhatikan dalam memilih waralaba makanan tradisional:
1. Punya hasrat
Memiliki hasrat untuk menjual makanan yang Anda inginkan juga
menjadi modal penting. Untuk berbisnis ritel (berdagang eceran), Anda memang
harus menyukai bidang yang akan digeluti sehingga, walau kondisi usaha sedang
naik atau turun, Anda tetap tekun menjalaninya.
2. Riset dan berunding
Teliti dulu terwaralaba atau pihak yang menjual waralaba,
yang disebut juga franchisor, yang Anda inginkan. Bandingkan dengan terwaralaba
lain yang sejenis. Jangan membeli usaha dari terwaralaba yang tak jelas
identitasnya. Jika perlu, cek ke lembaga waralaba yang ada di Indonesia. Jika
memang terwaralaba tersebut resmi dan bagus, maka ia bisa dipastikan akan
terdaftar di sana. Bila memang suka, barulah berunding untuk mendapatkan
kesepakatan.
3. Cek
Tak ada salahnya mengecek usaha terwaralaba yang Anda
inginkan ke orang yang sudah lebih dulu menjadi pewaralabanya, baik yang masih
berjualan maupun yang tidak. Tanya pendapat mereka. Meski satu sama lain belum
tentu punya kepuasan yang sama, setidaknya Anda mendapat gambaran lebih.
4. Hak cipta
Teliti lebih dulu hak cipta makanan milik terwaralaba yang
sudah diincar untuk dibeli. Jangan sampai hak cipta yang diklaim olehnya
ternyata milik pihak lain dan akhirnya bisa bermasalah.
5. Lama dan kuat
Jika Anda tak suka risiko tinggi dan kurang berjiwa bisnis,
pilih terwaralaba yang sudah lama berjalan setidaknya lima tahun, memiliki
sistem kuat (misalnya memiliki banyak cabang dan manajemen bagus), dan bermodal
besar. Usaha yang masih baru belumlah cukup teruji menghadapi siklus roda
bisnis.
6. Kondisi keuangan
Sebelum memutuskan membeli, periksa dulu kondisi keuangan
terwaralaba. Jika perlu, minta bantuan akuntan publik atau pakar keuangan untuk
membaca laporan keuangan terwaralaba.
7. Bayar di muka
Hati-hati bila terwaralaba meminta seluruh modal harus
disetorkan di muka. Cari penyebabnya. Bukan tidak mungkin kondisi keuangan
terwaralaba tidak bagus. Selain itu, kini banyak terwaralaba yang baru muncul
sudah meminta modal di muka hanya karena ingin menarik initial fee (biaya yang
diperlukan untuk memulai bisnis) dari pewaralaba, lalu kabur. Lebih baik, cari
terwaralaba yang pembayarannya fleksibel. Artinya, pembayarannya bisa dilakukan
bertahap.
8. Cadangan
Saat usaha baru berjalan, biasanya perputaran modal belum
berjalan lancar. Daripada usaha langsung tutup karena kekurangan modal, lebih
baik sediakan dana cadangan. Menurut Zizi, pastikan memiliki modal yang cukup,
setidaknya untuk tiga bulan ke depan. Jika membutuhkan Rp 10 juta untuk modal
berwaralaba, misalnya, sebaiknya Anda mempersiapkan dana sebesar Rp 30 juta.
9. "Turn over"
Hitung berapa keuntungan per bulan yang didapatkan dari usaha
waralaba ini. Jika hasilnya memang bagus, silakan melangkah lebih lanjut.
10. Inventori
Sebaiknya, pilih terwaralaba yang tidak membutuhkan banyak
inventori, misalnya, mesin-mesin dan barang besar. Pasalnya, dengan demikian
Anda akan membutuhkan modal lebih banyak lagi. Lebih baik menjalankan usaha
yang padat karya daripada padat modal.
11. Kreatif dan disiplin
Meski semua ilmu dari terwaralaba sudah ditransfer, Anda
tetap harus kreatif dalam mencari pelanggan, disiplin membuat laporan keuangan,
dan menerapkan aturan main yang sudah ditetapkan. Jangan terlalu percaya diri
sebab membeli waralaba yang bagus bukan jaminan bahwa makanan Anda akan selalu
laris, jika tak dibarengi dua hal ini. Namun, bukan berarti Anda bebas menjual
hasil masakan kreasi sendiri tanpa seizin terwaralaba. Ingat, Anda membawa nama
dan citra dari terwaralaba.
12. Banyak penggemar
Agar laris, pilih waralaba yang menjual jenis makanan yang
banyak digemari dan tidak terlalu sulit dibuat. Jenis makanan itu antara lain
mi, ayam goreng, daging sapi, soto, donat, atau kue. Selain itu, teliti lebih
lanjut berapa orang pelanggan yang datang ke tempat terwaralaba yang Anda
incar. 13. Sama kualitasnya
Pembeli yang datang tentu mengharapkan makanan di cabang
milik Anda memiliki rasa dan kualitas layanan yang sama dengan pemilik usaha
aslinya. Jadi, kontrol terus kualitas makanan dan manajemen agar pembeli tak
kecewa. Mutu daging dan cara membakar wijen, misalnya, harus sama dengan yang
dijalankan terwaralaba. Oleh sebab itu, patuhi peraturan-peraturan yang sudah
ditetapkan terwaralaba.
14. Kelola sendiri
Agar lebih terkontrol dan menghindari kecurangan dalam
keuangan, kelola sendiri waralaba yang Anda beli dan jangan diserahkan kepada
orang lain.
Sumber
Menjawab :
- Kewirausahaan
; Sam’un
Jaja Raharja, Ratih Purbasari; ADBI4440; Universitas Terbuka; Edisi Kedua
- Materi
Inisiasi 6 Tutorial Online Kewirausahaan Universitas Terbuka
- https://www.nibble.id/9-tips-memilih-franchise-kuliner-yang-bakal-sukses/