c. Mengakui bahwa manusia memiliki emosi, tetapi perasaan emosi harus dikendalikan secara logis dan rasional oleh struktur pekerjaan.
Ada 3 cabang pemikiran yang termasuk ke dalam Teori Klasik yaitu Manajemen Ilmiah, Administrasi, dan Birokrasi :
a. Manajemen Ilmiah
Era Manajemen Ilmiah ditandai dengan rendahnya standar hidup, pola padat karya dan lingkungan boros (upah murah) secara finansial. Manajemen ilmiah berusaha untuk meningkatkan standar hidup dengan cara menciptakan para pekerja yang lebih efisien dan produktif dan akibatnya akan menambah pendapatan mereka.
Manajemen Ilmiah berkembang dari pemikiran adanya kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas dengan 4 pilar
- Menguraikan pekerjaan ke dalam berbagai elemen dan mengembangkan kajian ilmiah untuk setiap elemen tersebut atau dikenal denagan analisis pekerjaan secara ilmiah (dengan meninjau ulang cara-cara konvensional).
- Menyeleksi, melatih, mengajarkan dan mengembangkan serta menempatkan pekerjaan yang sesuai dan cocok dengan kemampuannya yang dilakukan secara ilmiah (para pekerja tidak dapat memilih pekerjaan hanya berdasarkan keinginannya).
- Pembagian pekerjaan dan tanggung jawab antara pimpinan dan pekerja, dilakukan dengan melalui supervisi dan standarisasi secara fungsional.
- Membangun hubungan sinergis dengan para pekerja atas dasar kerja sama manajerial dan insentif finansial. Hal ini untuk menjamin agar semua pekerjaan berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
Kontribusi utama manajemen ilmiah tidak dapat dilepaskan dari peran Fredrick Winslow Taylor yang menerbitkan pemikirannya Principles of Scientific Management pada tahun 1911. Menurut Taylor hanya ada 1 cara terbaik untuk mencapai efisiensi dan produktivitas yaitu dengan cara seleksi pekerja yang sesuai, pelatihan dan menyebarkan/menempatkannya. Pemikiran mendasarnya dalah :
- Mencari dan menemukan cara terbaik dan menggunakannya sebagai patok duga.
- Menguraikan pekerjaan kepada komponen atau unsur, yang saat ini dikenal dengan proses desain ulang
- Singkirkan hal-hal yang tidak memberikan nilai tambah.
Falsafah Taylor terangkum dalam pernyataannya ; "Di masa lampau manusia menempati posisi terpenting. Di masa depan, sistemlah yang harus memiliki posisi terpenting". Pendekatan manajemen ilmiah diilustrasikan oleh proses pembongkaran besi dari lori dan membongkar baja yang sudah dipersiapkan untuk pabrik Bethlehem Steel di tahun 1898. Taylor menghitung bahwa dengan pergerakan, peralatan, dan urutan yang tepat, setiap pekerja dapat mengangkut 47,5 ton besi dan baja per hari, lebih banyak dari 12,5 ton biasanya. Ia juga membuat sistem insentif untuk membayar setiap pekerja sebesar 1,85 dolar per hari jika mereka memenuhi target yang baru, lebih besar dari bayaran sebesar 1,15 dolar sebelumnya. Produktivitas Bethelem Steel pun meningkat dalam sekejap.
Taylor menyarankan bahwa pekerja "dapat disetel ulang seperti mesin, dan peranti fisik dan mental mereka dapt dikalibrasi untuk memperbaiki produktivitas". Taylor bersikeras bahwa peningkatan produktivitas berarti manajemen itu sendiri harus berubah, dan lebih jauh lagi cara berubah tersebut hanya bisa ditentukan oleh penelitian ilmiah. Oleh karena pemikiran inilah sebutan manajemen ilmiah pun muncul. Taylor menyarankan bahwa keputusan yang diambil berdasarkan resep dan tradisi lama harus diganti dengan prosedur tepat yang dirumuskan setelah berbagai situasi dipelajari secara tunggal.
Meski dikenal sebagai Bapak Manajemen Ilmiah, Taylor tidak sendirian di bidang ini. Dua pionir penting lainnya di bidang ini adalah pasangan suami-istri Frank Gilbreth dan lillian Gilbreth, Tokoh ini memberikan sumbangan pemikiran di bidang manajemen.
Frank Gilbreth dan Lillian Gilbreth mengadakan penelitian yang kemudian dikenal time and motion study. Penelitiannya mengenai gerakan pemindahan batu baru dan analisis kelelahan. Keduanya mendefinisikan studi gerak dan waktu sebagai cara ilmiah untuk mengurangi "gerakan atau kegiatan" yang tidak berguna yang dihasilkan dari gerakan-gerakan yang tidak perlu, tidak terarah dan gerakan yang tidak efisien.
Gilberth. Frank B. Gilberth (1868-1924) menggagas penelitian waktu dan pergerakan serta banyak teknik manajemen yang berbeda dengan penelitian Taylor. Ia mengutamakan efisiensi dan terkenal karena pencariannya akan cara bekerja terbaik. Meski Frank dikenal lewat karya awalnya yang membahas tukang batu, karyanya berdampak besar bagi bidang bedah medis karena dapat mengurangi waktu yang dihabiskan pasien di meja bedah.
Para ahli bedah mampu menyelamatkan banyak nyawa dengan menerapkan hasil penelitian waktu dan pergerakan. Lillian M. Gilbareth lebih tertarik dengan aspek manusaiwi dari pekerjaan dan dikenal dengan "ibu manajemen" berkat karya-karyanya. Ia menggantikan suaminya dengan menyampaikan sebuah makalah, melanjutkan seminar dan konsultasi yang mereka serind adakan, memberi kuliah, dan akhirnya menjadi profesor di Purdue University. Ia menjadi piornir di bidang psikologi industri dan memberikan kontribusi penting bagi manajemen SDM.
Frank B. Gilbreth menggagas penelitian tentang waktu dan pergerakan, serta banyak teknik manajemen yang berbeda dengan penelitian Taylor. Ia mengutamakan efisiensi dan terkenal karena pencariannya akan cara bekerja terbaik. Meski Frank dikenal lewat karya awalnya yang membahas tukang batu, karyanya berdampak besar bagi bidang bedah medis karena dapat mengurangi waktu yang dihabiskan pasien di meja bedah.
Para ahli bedah mampu menyelamatkan banyak nyawa dengan menerapkan hasil penelitian waktu dan pergerakan. Lillian M. Gilbreth lebih tertarik dengan aspek manusiawi dari pekerjaan dan dikenal dengan "ibu manajemen" berkat karya-karyanya. Ia menggantikan suaminya dengan menyampaikan sebuah makalah, melanjutkan seminar dan konsultasi yang mereka sering adakan, memberi kuliah, dan akhirnya menjadi profesor di Purdue University. Ia menjadi pionir di bidang psikologi industri dan memberikan kontribusi penting bagi manajemen SDM.
Sementara Henry L. Gantt merumuskan peta atau bagan perencanaan dan pemantauan serta konsep insentif kelompok. Bagan perencanaan dalam bentuk jadwal kerja kemudian dikenal dengan Gantt Charts. Gantt juga orang pertama yang meluncurkan CPM dan PERT. Kontribusi lainnya adalah pandangannnya atas pentingnya skema motivasi dengan meletakkan pada imbalan bagi pekerjaan yang bagus ketimbang pada denda pada pekerjaan yang buruk, dengan alasan bahwa penyediaan imbalan relatif lebih efektif dibanding dengan ancaman denda.
Henry Gantt, rekan Taylor membuat Bagan Gantt sebuah grafik batang yang mengukur pekerjaan yang telah direncanakan dan diselesaikan beserta setiap tahap produksi dan waktu yang diperlukan. Banyak ide-ide dasar manajemen ilmiah yang digunakan sebagai pendekatan untuk menggunakan pendekatan ini.
Para manajemen harus membuat metode standar untuk melakukan setiap pekerjaan, memilih pekerja dengan kemampuan yang sesuai, mengajarkan metode standar kepada pekerja, membantu pekerja dan menghilangkan gangguan, serta memberikan insentif gaji.
Ide-ide manajemen ilmiah yang dirintis Taylor meningkatkan produktivitas industri secara tajam, dan masih penting hingga sekarang. Sebuah artikel Harvard Business Review baru-baru ini yang membahas inovasi yang membentuk manajemen modern menmpatkan manajemen ilmiah di daftar 12 inovasi berpengaruh.
Memang benar, ide menciptakan sistem yang memungkinkan efisiensi maksimal dan mengorganisasikan pekerjaan agar mencapai produktivitas maksimal sangat berakar dalam organisasi kita.
Namun, karena mengabaikan konteks sosial dan kebutuhan pekerja, manajemen ilmiah menimbulkan konflik dan terkadang pertentangan keras yang makin membesar antara pimpinan dan karyawan. Dengan sistem ini, para pekerja sering merasa dieksploitasi, suatu hal yang sangat bertentangan dengan harmoni dan kerja sama yang diangankan oleh Taylor dan para pengikutnya.
B. KARAKTERISTIK MANAJEMEN ILMIAH
1. Pendekatan Umum
- Membuat metode standar untuk melakukan setiap pekerjaan
- Memilih pekerja dengan kemampuan yang sesuai untuk setiap pekerjaan
- Mengajarkan metode standar kepada pekerja
- Membantu pekerja dengan merencanakan pekerjaan mereka dan menghilangkan gangguan
- Memberi insentif gaji untuk pekerja yang menghasilkan outpur lebih banyak
2. Kontribusi
- Menunjukkan pentingnya kompensasi bagi kinerja
- Menggagas penelitian yang sekasama terhadap tugas dan pekerjaan
- Menunjukkan pentingnya seleksi dan pelatihan personel
3. Kritik
- Tidak mementingkan konteks sosial pekerjaan dan kebutuhan pekerja yang lebih banyak
- Tidak mengakui keragaman individu
- Cenderung menyeragamkan pekerja serta mengabaikan ide-ide dan saran mereka
1. Prinsip-Prinsip Administrasi
Kajian persfektif klasik lain dikenal sebagai pendekatan prinsip-prinsip administratif. Jika manajemen ilmiah mengutamakan produktivitas pekerja individu, maka pendekatan prinsip-prinsip administratif (administrative principles) mengutamakan keseluruhan organisasi. Kontributor pendekatan ini adalah Hendri Fayol.
Pada saat Taylor menuliskan hasil penelitiannya tentang manajemen pabrik di Amerika Serikat, Henry Fayor seorang Perancis mengkonsolidasikan prinsip-prinsip organisasinya. Meskipun mereka menulis pada waktu bersamaan, fokus dari Taylor dan Fayol cukup berbeda. Ide-ide Taylor didasarkan atas penelitian pada tingkat pekerja., Sedangkan Fayol menuliskan atas dasar pengalamannya bertahun-tahun sebagai seorang praktisi eksekutif.
Fayol mencoba mengembangkan prinsip-prinsip umum yang dapat diaplikasikan pada semua manajer dari semua tingkatan organisasi, dan menjelaskan fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh seorang pimpinan. Sedangkan Taylor memusatkan perhatian pada tingkat yang paling rendah dari organisasi manajemen, yaitu tingkat paling rendah dari sebuah pabrik (shop level management).
Fayol mengusulkan empat belas prinsip yang menurutnya dapat digunakan secara universal dan dapat diajrkan di sekolah-sekolah dan Universitas-Universitas. Banyak dari prinsip organisasi tersebut diikuti secara luas oleh para manajer dewasa ini :
- Pembagian Kerja. Prinsip ini sama dengan "pembagian kerja" Adam Smith. Spesialisasi menambah hasil kerja dengan cara membuat para pekerja lebih efisien.
- Wewenang. Manjer harus dapat memberi perintah. Wewenang memberikan hak ini kepadanya. Tetapi wewenang berjalan seiring dengan tanggung jawab. Jika wewenang digunakan timbullah tanggung jawab. Agar efektif, wewenang seorang manajer harus sama dengan tanggung jawabnya.
- Disiplin. Para pegawai harus menaati dan menghormati peraturan yang mengatur organisasi. Disiplin yang baik merupakan hasil dari kepemimpinan yang efektif, saling pengertian yang jelas antara manajemen dan para pekerja tentang peraturan organisasi serta pnerapan hukuman yang adil bagi yang menyimpang dari peraturan tersebut.
- Kesatuan Komando. Setiap pegawai seharusnya menerima perintah hanya dari seorang atasan.
- Kesatuan Arah. Setiap kelompok aktivitas organisasi yang mempunyai tujuan sama harus dipimpin oleh seorang manajer dengan menggunakan sebuah rencana.
- Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan individu. Kepentingan seorang pegawai atau kelompok pegawai tidak boleh mendahulukan kepentingan organisasi secara keseluruhan.
- Remunerasi. Para pekerja digaji sesuai dengan jasa yang mereka berikan.
- Sentralisasi. Ini merujuk kepada sejauhmana para bawahan terlibat dalam pengambilan keputusan. Apakah pengambilan keputusan itu disentralisasi (pada manajemen) atau didesentralisasi (pada para bawahan) adalah masalah proporsi yang tepat. Kuncinya terletak pad bagaimana menemukan tingkat sentralisasi yang optimal untuk setiap situasi.
- Rantai skalar. Garis wewenang dari manajemen puncak sampai ke tingkat paling rendah merupakan rantai skalar. Komunikasi harus mengikuti rantai ini. Tetapi, jika dengan mengikuti rantai tersebut malah tercipta kelambatan, komunikasi silang dapat diizinkan jika disetujui oleh semua pihak, sedangkan atasan harus diberitahu. Komunikasi tersebut disebut gankplank.
- Tata tertib. Orang dan bahan harus ditempatkan pada tempat dan waktu yang tepat.
- Keadilan. Para manajer harus selalu baik dan jujur terhadap para bawahan.
- Stabilitas masa kerja para pegawai. Perputaran (manuver) pegawai yang tinggi adalah tidak efisien. Manajemen harus menyediakan perencanaan personalia yang teratur dan memastikan bahwa untuk mengisi kekosongan harus selalu ada pengganti.
- Inisiatif. Para pegawai yang diizinkan menciptakan dan melaksanakan rencana-rencana dan berusaha keras untuk mencapainya.
- Esprit de corps. Mendorong team spirit akan membangun keselarasan dan persatuan di dalam organisasi.
Fayol percaya bahwa prinsip-prinsip ini dapat diterapkan di setiap organisasi. Ia juga mengidentifikasi lima fungsi atau elemen dasar manajemen: perencanaan, pengelolaan, pemberian perintah, pengoordinasian, dan pengendalian.
Kelima fungsi ini banyak mendasari pendektan fungsi administrasi masa kini. Henri Fayol adalah orang yang pertama mengemukakan perlunya manajemen didesain dalam fungsi-fungsi, hal yang tidak dilakukan oleh Taylor. Oleh karena itu mengapa fokus perhatian Henri pada level manajerial atau pemimpin. Atas hal ini sering disebut teori Fayol sebagai Top Level Theory Fayol pula yang pertama kali mengemukakan syarat-syarat kualitas pemimpin atau administrator mulai fisik, mental, moral, pendidikan yang cocok dan pengetahuan khusus serta pengalaman-pengalaman lainnya. Di sisni pula Fayol menolak mitos manajer itu dilahirkan dan bukan diciptakan.
2. Birokrasi
Pendekatan organisasi birokrasi (bureaucratic organization), satu bagian dari perspektif klasik, adalah sebuah pendektan sistematis yang berkembang di Eropa dan memandang organisasi sebagai suatu keseluruhan. Max Weber memperkenalkan sebagian besar dari konsep organisasi birokratis.
Hal ini didasari karena pada akhir tahun 1800-an, banyak organisasi Eropa yang dikelola secara pribadi atau oleh keluarga. Para karyawan lebih setia kepada individu dan bukan kepada organisasi atau misinya. Para karyawan pun menjadi pemilik organisasi dan menggunakan sumber daya untuk kepentingan mereka sendiri, bukan untuk melayani pelanggan. Weber memiliki visi bahwa organisasi harus dikelola secara impersonal dan rasional dalam bentuk yang disebutnya birokrasi. Gambar 1.4 merangkum karakteristik birokrasi gagasan Weber.
Weber percaya bahwa organisasi yang didasarkan kepada otoritas rasional akan lebih efisien dan dapat beradaptasi dengan perubahan karena kontinuitas lebih ditentukan oleh struktur formal dan posisi daripada seseorang, yang bisa pergi atau meninggal. Bagi Weber, rasionalitas organisasi berarti bahwa seleksi dan promosi karyawan didasarkan bukan kepada siapa yang kita kenal, namun menurut pelatihan dan pengalaman.
Kontinuitas organisasi bergantung kepada aturan dan catatan tertulis. Di samping itu, aturan dan prosedur bersifat impersonal dan berlaku seragam bagi seluruh karyawan. Pembagian tenaga kerja yang jelas muncul dari definisi yang jelas tentang otoritas dan tanggung jawab yang dilegitimasi sebagai tugas resmi. Posisi diorganisasikan dalam sebuah hierarki, dengan satu posisi berada di bawah posisi lain yang lebih tinggi. Manajer bergantung bukan kepada kepribadiannya agar berhasil memberi perintah, namun kepada kekuasaan resmi yang dimungkinkan oleh posisi manajerial.
Istilah birokrasi banyak diartikan secara negatif, bahkan sampai saat ini karena sering disosiasikan dengan aturan yang berbelit-belit (pita merah) tanpa kahir. Para konsumen atau pengguna layanan dibuat frustasi karena harus mengantri atau mengikuti prosedur. Namun aturan dan prosedur birokrasi memberi cara standar dalam menangani berbagai kegiatan. Dengan birokrasi, semua orang diperlakukan setara, mengetahui dan mengikuti aturan yang ada. Fondasi ini memungkinkan banyak organisasi bekerja secara efisien.
Weber lebih lanjut menyatakan bahwa birokrasi sebagai struktur yang logis dan rasional untuk organisasi berskala besar. Birokrasi juga didirikan atas otoritas legal dan rasional yang bangun atas hukum, prosedur dan peraturan tertulis.
Konsep birokrasi Weber memiliki kesamaan dengan prinsip manajemen ilmiah. Kedua ahli ini menekankan pada raionalitas, prediktabilitas, impersonalitas, kompetensi teknis dan otoritas.
3. Teori Neo Klasik
Perspektif ini lahir pada tahun 1920-an dan berkaitan dengan aspek manusia dalam organisasi, bagaimana manusia di tempat kerja dapat berinteraksi bersama. Interaksi antar para pekerja mempengaruhi produktivitas, dan karenanya harus digunakan secara positif mempengaruhi produktivitas.
a. Perspektif Humanistik dan Gerakan Hubungan Antar Manusia.
Mary Parker Follett dan Chester Barnard adalah dua pendukung awal dari perspektif yang lebih humanistik (humanistic perspective) pada manajemen yang menekankan pentingnya memahami perilaku, kebutuhan, dan sikap manusia di tempat kerja, disamping interaksi sosial dan proses kelompok.
Gerakan hubungan manusia (human relations movement) didasarkan kepada pemikiran bahwa kontrol paling efektif berasal dari dalam individu pekerja, bukan dari kontrol ketat dan otoriter. Pemikiran ini mengakui dan mensponsori langsung tekanan-tekanan sosial demi memberlakukan pekerja dengan baik.
Karya pertama mengenai psikologi industri dan seleksi personel tidak begitu diperhatikan karena manajemen ilmiah masih mendominasi. Namun serngkaian penelitian yang dilakukan di perusahaan listrik Chichago, yang kemudian dikenal sebagai Hawthorne studies mengubah semua itu.
Sejarah penelitian ini dimulai sejak tahun 1895 ketika terjadi perseteruan antara penghasil gas dan peralatan penerangan listrik untuk menguasasi pangsa pasar rumahan dan industri. Perusahaan-perusahaan listrik mulai berusaha untuk meyakinkan pengguna kalangan industri bahwa mereka memerlukan lebih banyak lampu untuk meningkatkan produktivitas. Ketika kampanye ini tidak berhasil, perusahaan-perusahaan tersebut mulai menggunakan eksperimen untuk membuktikan argumentasi mereka. Para manajer meragukan hasilnya, sehingga Komite Penerangan Industri (CIL) didirikan untuk melakukan eksperimen tersebut. Untuk meningkatkan kredibilitas eksperimen itu, Thomas Edison pun diangkat sebagai Ketua Komite CIL. Di satu lokasi eksperimen, yaitu di instalasi Hawthorne dari Western Electric Company - sejumlah peristiwa menarik terjadi.
Bagian terpenting eksperimen ini melibatkan empat kelompok eksperimental dan tiga kelompok kontrol. Kelima eksperimen ini menunjukkan pentingnya faktor selain penerangan dalam meningkatkan produktivitas. Untuk menyelidiki faktor-faktor ini lebih jauh, beragam eksperimen lain dilakukan.
Hasil penelitian yang paling terkenal, yakni eksperimen Relay Assembly test Room (RATR) menimbulkan kontroversi. Di bawah arahan dua orang profesor dari Harvard, Elton Mayo dan Fritz Roethlisberger, eksperimen RATR dilakukan selama hampir enam tahun (10 Mei 1927 sampai dengan 4 Mei 1933) yang dibagi menjadi 24 periode terpisah.
Begitu banyak faktor yang diubah dan begitu banyak faktor tidak terlihat yang tidak dikontrol oleh para peneliti, sehingga mereka pun bersilang pendapat tentang faktor-faktor yang benar-benar berpengaruh dalam meningkatkan kinerja secara umum selama eksperimen tersebut. Namun mayoritas ahli sepakat dengan satu hal : Uang bukan merupakan faktor penyebab peningkatan kinerja. Faktor yang paling diyakini menyebabkan peningkatan kinerja adalah hubungan manusia.
Para karyawan memberikan kinerja yang lebih baik ketika pimpinan memperlakukan mereka secara positif. Analisis ulang terhadap eksperimen ini mengungkapkan bahwa sejumlah faktor berpengaruh terhadap sebagian karyawan, dan sebagian analisis justru menyatakan bahwa uanglah faktor yang paling penting. Wawancara dengan seorang partisipan eksperimen tersebut menunjukkan bahwa para partisipan eksperimen tersebut akan mendapatkan tambahan upah yang lebih besar.
Data baru menunjukkan bahwa uang sangat berpengaruh pada eksperimen Hawthorne, Selain itu produktivitas pekerja meningkat sebagian karena perasaan penting yang meningkat dan kebanggan yang mereka rasakan karena dipilih dalam eksperimen tersebut. Kontribusi tidak terduga dari eksperimen ini adalah pemikiran ulang terhadap praktik studi lapangan. Para peneliti dan ahli meyadari bahwa peneliti dapat mempengaruhi hasil eksperimen jika terlibat terlalu dekat dengan subjek penelitian. Dalam metodologi penelitian, fenomena ini dikenal dengan efek Hawthorne. Subjek penelitian menunjukkan perilaku yang berbeda karena peneliti pada eksperimen Hawthorne bersikap aktif.
Dari sudut pandang historis, pertanyaan mengenai apakah eksperimen ini sah secara akademis tidak begitu penting dibandingkan dengan fakta bahwa eksperimen ini menyebabkan meningkatnya dorongan untuk memandang pekerja sebagai lebih dari sekadar bentuk lain mesin produksi.
Interpretasi yang menyatakan bahwa kinerja pekerja meningkat jika para manajer memperlakukan mereka secara positif pun memicu revolusi perlakuan terhadap pekerja untuk meningkatkan produktivitas pekerja. Meski metodenya cacat dan kesimpulannya tidak akurat, hasil eksperimen ini menjadi cikal bakal gerakan hubungan manusia.
Pendekatan ini memengaruhi teori dan praktik manajemen selama lebih dari seperempat abad, dan keyakinan bahwa hubungan manusia merupakan pendekatan terbaik untuk meningkatkan produktivitas masih berlaku hingga sekarang.
Mary Parker Follett menulis tentang pentingnya tujuan atasan bersama untuk mengurangi konflik di dalam organisasi. Karyanya banyak dikenal oleh kalangan bisnis pada masanya, namun sering diabaikan oleh para ahli manajemen. Ide-ide Follet berseberangan dengan manajemen ilmiah dan mengalami kebangkitan untuk diterapkan oleh manajer modern yang tengah menghadapi perubahan besar lingkungan global hari ini.
Pendekatannya terhadap kepemimpinan lebih menekankan pentingnya manusia daripada teknik. Ia mengingatkan, "Jangan terpaku dengan cetak biru Anda", dan menganalisis dinamika interaksi organisasi manajemen. Ia membahas isu-isu yang populer dimasa ini, seperti etika, kekuasaan, dan cara memimpin yang mendorong karyawan melakukan yang terbaik. Konsep pemberdayaan, yang lebih bersifat memfasilitasi karyawan memungkinkan karyawan untuk bertindak sesuai dengan situasi.
Chester I. Bernard dengan salah satu kontribusi terpenting adalah konsep organisasi informal. Organisasi informal ada di semua organisasi formal serta mencakup berbagai kelompok sosial yang terbentuk secara alamiah. Bernard berpendapat bahwa organisasi bukan mesin dan menekankan bahwa hubungan informal merupakan kekuatan besar yang dapat membantu organisasi jika dikelola dengan baik.
Kontribusi penting lainnya adalah penerimaan otoritas yang menyatakan bahwa manusia memiliki kehendak bebas dan bisa memilih untuk mengikuti perintah manajemen atau tidak. Manusia biasanya mengikuti perintah karena melihat manfaat positif bagi mereka, tetapi mereka sebenarnya memiliki pilihan. Para manajer harus memperhatikan hal ini dengan baik karena penerimaan mereka terhadap otoritas bernilai penting bagi keberhasilan organisasi di situasi penting.
b. Perspektif Sumber Daya Manusia
Gerakan sumber daya manusia pada awalnya merupakan penerapan pola pikir di bidang peternakan dalam manajemen sapi yang kenyang yang akan menghasilkan lebih banyak susu, dan pekerja yang puas akan bekerja lebih giat.
zlsmbst lsun pemikiran yang lebih mendalam pun berkembang
Perspektif sumber daya manusia (human resources perspective) tetap berfokus kepada partisipasi pekerja dan kepemimpinan yang bijaksana, namun penekanannya bergeser sehingga mencakup tugas harian pekerja. Perspektif ini menggabungkan aturan perencanaan tugas kerja dengan teori motivasi. Menurut perspektif ini, pekerjaan harus dirancang sedmikian agar tidak sepenuhnya mengerahkan potensi mereka. Dua orang kontributor terkenal dari perspektif ini adalah Abrham Maslow dan Douglas McGregor.
Abraham Maslow, seorang praktisi psikologi mengamati bahwa msalah pasien biasanya mucul dari ketidakmampuan mereka dalam memnuhi kebutuhan. Oleh karenannya, ia menggeneralisasi hasil pengalamannnya dan menggagas hierarki kebutuhan. Hierarki Maslow dimulai dari kebutuhan fisiologis, keamanan, perasaan memiliki, kepercayaan diri, dan akhirnya aktualisasi diri.
Douglas McGregor tidak puas dengan perspektif hubungan manusia. Gregor mempertanyakan perspektif klasik maupun asumsi hubungan manusia mengenai perilaku manusia. Berdasarkan pengalamannya sebagai manajer dan konsultan, latar belakang pendidikannya dibidang psikologi, dan pengaruh karya Maslow, McGregor merumuskan Teori X dan Teori Y, yang dijelaskan pada Tabel 2, Ia yakin bahwa Teori Y yang sedikit di modifikasi cocok dengan perspektif hubungan manusia awal. Dengan perkataan lain, perspektif hubungan manusia tidak berkembang lebih jauh. McGregor menggagas Teori Y sebagai perspektif yang lebih realistis terhadap pekerja dalam memperbaiki pemikiran manajemen.
Apa implikasi dari Teori X dan Teori Y McGregor terhadap teori organisasi : McGregor berargumentasi bahwa asumsi-asumsi Teori Y lebih disukai dan asumsi-asumsi itu harus dapat membimbing para manajer dalam merancang organisasi mereka dan dalam memotivasi pegawai-pegawainya.
Gairah yang besar pada permulaan tahun 1960-an bagi pengambilan keputusan partisipatif, penciptaan pekerja yang bertanggung jawab dan menantang para pekerja, serta pengembangan hubungan antar kelompok yang baik dapat ditelusuri dari saran McGregor agar manajer mengikuti asumsi-asumsi Teori Y.
c. Pendekatan Perilaku
Pendektan ilmu perilaku (behavioral sciences approach) menggunakan metode ilmiah dan memanfaatkan sosiologi, psikologi, antropologi, ekonomi, serta disiplin ilmu lain untuk mengembangkan teori mengenai perilaku dan interaksi manusia dalam konteks organisasi.
Pendektan ini dapat ditemui dihampir semua organisasi. Ketika mengadakan penelitian untuk merumuskan berbagai tes standar, wawancara, dan profil karyawan yang paling cocok untuk digunakan dalam perekrutan karyawan baru.
Satu contoh teknik manajemen berbasis pendekatan ilmu perilaku adalah pengembangan organisasi (organization development-OD). Pada tahun 1970-an, pengembangan organisasi berkembang menjadi bidang tersendiri yang menerapkan ilmu perilaku untuk meningkatkan kesehatandan efektivitas organisasi lewat kemampuannya menghadapi perubahan, mempererat hubungan internal, dan meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah.
Sejak saat itu, teknik dan konsep pengembangan organisasi diperluas untuk menangani organisasi dan lingkungan yang makin kompleks, dan pengembangan organisasi msih menjadi pendekatan penting bagi para manajer. Konsep lain yang berakar kepada ilmu perilaku adalah matriks organisasi, tim-tim yang mengelola diri mereka sendiri, pemikiran budaya perusahaan, dan manajemen dengan cara berkeliling. Pendektan ilmu perilaku telah memengaruhi sebagian besar peranti, teknik, dan pendektan yang diterapkan para manajer organisasi sejak tahun 1970-an.
4. Aliran Kuantitatif
Ada tiga pemikiran yang termasuk ke dalam liran kuantitatif yaitu sains manajemen, manajemen operasi, dan sistem informasi manajemen.
a. Sains Manajemen
Management Science yang mengkhususkan secara spesifik pada pengembangan model matematika yang akan membantu eksperimen organisasi dengan komputer dan mengidentifikasi cara terbaik untuk mengerjakan sesuatu yang menghemat uang dan waktu. Perkembangan sains manajemen dimulai setelah Perang Dunia II banyak menyebabkan perubahan manajemen. Banyak dan rumitnya masalah mengubah yang berhubungan dengan perang global modern menghadap para pengambil keputusan manajerial dengan kebutuhan akan peranti yang lebih canggih dari sebelumnya.
Perspektif Sains Manajemen (management science perspective) berkembang untuk menangani persoalan ini. Perspektif ini dibedakan oleh penerapan ilmu matematika, statistik, dan teknik-teknik kuantitatif lain dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah manajemen.
Selama Perang Dunia II, berbagai ilmu yang beranggotakan para ahli matematika, ahli fisika dan ilmuwan lain dibentuk untuk memecahkan masalah-masalah militer. Oleh karena masalah-masalah tersebut sering berhubungan dengan memindahkan sejumlah besar barang dan orang dengan cepat dan efisien, teknik-tekniknya dapat diterapkan oleh perusahaan-perusahaan berskala besar.
Buku Concept of the Corporation yang ditulis pada tahun 1946 oleh ahli manajemen Peter F. Drucker banyak memicu meningkatnya penelitian akademis di bidang bisnis dan manajemen. Dengan mengadopsi teknik-teknik yang dibuat untuk keperluan militer, para ahli mulai menggagas berbagai peranti matematis bagi para manajer perusahaan, seperti penerapan pemrograman linier untuk mengoptimalkan operasi, kontrol proses statistik di bidang manajemen dan model harga aset modal.
b. Manajemen Operasi
Cikal bakal Manajemen Operasi berasal dari Penelitian operasi yang berkembang dari kelompok-kelompok militer di Perang Dunia II (yang disebut tim riset operasional di Inggris, dan tim riset operasi di Amerika Serikat). Bidang ini terdiri atas pembuatan model matematika dan penerapan teknik-teknik kuantitatif lain untuk memecahkan masalah-masalah manajerial.
Manajemen Operasi adalah bidang manajemen yang berspesialisasi dalam produksi fisik barang atau jasa. Para spesialis manajemen operasi menggunakan teknik-teknik kuantitatif untuk memecahkan masalah-masalah manufaktur. Beberapa metode yang lazim dipakai adalah perkiraan pemodelan inventori, pemrograman linier dan nonlinear, teori antrean, penjadwalan, simulasi, dan analisis impas. Penerapan manajemen operasi akan membantu organisasi mengembangkan teknik-teknik untuk melakukan produksi atas produk dan jasa lebih efisien.
c. Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen mengonversi dan menjadi informasi dan menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh setiap pimpinan pada saatnya dalam bentuk sesuai kebutuhan. Pada perkembangan terkini sistem informasi manajemen diwujudkan dalam bentuk Teknologi Informasi (TI). Sistem ini dirancang untuk memberikan informasi yang relevan bagi para manajer secara cepat dan hemat.
Belakangan teknologi informasi di organisasi telah berkembang sehingga mencakup intranet dan ekstranet, disamping berbagai peranti lunak yang membantu para manajer dalam memperkirakan biaya, merencanakan dan mengawasi produksi, mengelola proyek, mengalokasikan sumber daya, atau menjadwalkan karyawan. Mayoritas organisasi di masa kini memiliki departemen teknologi informasi khusus yang menerapkan teknik-teknik ilmu manajemen untuk memecahkan masalah-masalah organisasi yang kompleks.
5. Aliran Terintegrasi dan Terkini
Konsep-konsep baru bermunculan setelah Perang Dunia II, diiringi oleh menguatnya minat akan aspek manusiawi dari manajemen, seperti dinamika tim dan kelompok serta konsep-konsep lain yang berhubungan dengan perspektif humanistik, sebagaimana dibahas sebelumnya.
Dari beberapa pendekatan yang telah kita bahas, perspektif humanistik masih paling mendominasi dari tahun 1950-an hingga sekarang mengemukakan tiga konsep baru yang berkembang adalah teori sitem, pandangan kontingensi, dan manajemen kulitas total (total quality management - TQM)
a. Teori Sistem
Dasar pemikiran teori ini menganggap bahwa tidak ada sesuatu yang eksis dalam keadaan vakum. Setiap bagian dalam organisasi atau perusahaan saling mempengaruhi satu sama lain. Selanjutnya setiap organisasi atau perusahaan eksis dalam suatu sistem, dan setiap sistem eksis dalam sistem yang lebih besar.
Sistem (system) adalah kumpulan bagian yang saling terhubung dan berfungsi sebagai suatu sistem kesatuan untuk mencapai tujuan yang sama.Suatu sisetm berfungsi dengan cara-cara tertentu, dan menghasilkan kembali keluaran ke lingkungan eksternal. Gambar 1.6. memperlihatkan teori sistem (system theory) dasar dari organisasi.
Teori ini terdiri atas lima komponen masukan, proses perubahan keluaran, umpan balik, dan lingkungan. Masukan adalah sumber daya materi, manusia, keuangan, atau informasi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Proses Perubahan adalah teknologi produksi yang digunakan oleh manajemen untuk mengubah masukan menjadi keluaran. Keluaran meliputi barang dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi. Umpan balik adalah pengetahuan tentang hasil-hasil yang memengaruhi seleksi masukan pada siklus proses selanjutnya. Lingkungan yang meliputi organisasi mencakup kekuatan-kekuatan sosial, politik dan ekonomi. Beberapa pemikiran teori sistem berpengaruh besar terhadap pemikiran manajemen, yakni melipuri sistem terbuka dan tertutup, sinergi, dan saling ketergantungan antarsubsistem.
Sistem Terbuka (Open System) harus berinteraksi dengan lingkungan untuk bertahan hidup, Sementara Sistem Tertutup (Closed System) tidak harus berinteraksi dengan lingkungan. Menurut perspektif ilmu manajemen dan perspektif klasik, organisasi sering dipandang sebagai sistem tertutup.
Menurut perspektif ilmu manajemen dan perspektif klasik, organisasi sering dipandang sebagai sistem tertutup. Menurut perspektif ilmu manajemen, asumsi sistem tertutup tanpa gangguan dari luar terkadang digunakan untuk menyederhanakan masalah-masalah dalam analisis kuantitatif. Kenyataannya, semua organisasi adalah sistem terbuka, dan harga yang harus dibayar karena mengabaikan lingkungan adalah kegagalan.
Sinergi (synergy) berarti bahwa suatu keseluruhan lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Ketika sebuah organisasi didirikan, sesuatu yang baru lahir ke dunia, Manajemen, koordinasi. dan produksi yang sebelumnya tidak ada kini menjadi ada.
Unit-unit organisasi yang bekerja sama dapat mencapai lebih dari pada apa yang dapat dicapai oleh masing-masing unit tersevut secara sendiri. Departemen penjualan bergantung pada departemen produksi, demikian pula sebaliknya.
Subsistem-Subsistem (subsystems) saling bergantung sebagai bagian dari sebuah sistem. Perubahan di satu bagian organisasi berpengaruh terhadap bagian-bagian lain. Para manajer yang memahami saling ketergantungan antar subsistem, untuk membuat perubahan yang mengabaikan dampak subsitem terhadap organisasi sebagai suatu keseluruhan adalah perubahan yang berat.
Ambil contoh keberhasilan Toyota dalam menerapkan sistem kontrol persediaan "tepat pada waktunya", yang bertujuan untuk mempertahankan inventori serendah mungkin. Para manajer tahu bahwa cara terbaik untuk membuat sistem tersebut bekerja adalah dengan membuat karyawan pabrik mengontrol aliran bahan baku. Oleh karenannya, perubahan di bidang produksi mengharuskan Toyota untuk mengubah budaya dan strukturnya. Toyota melakukan desentralisasi proses pengambilan keputusan sehingga karyawan yang melakukan pekerjaan itu diberdayakan (untuk memilih cara mencapai tujuan tersebut,
Nilai-nilai budaya diubah guna mendorong setiap karyawan agar berpikir kreatif dalam meningkatkan kinerja bagiannya di organisasi dan memandang masalah sebagai peluang untuk belajar dan meningkatkan diri.
Sebagaimana diperlihatkan oleh Toyota, jika para manajer belajar berpikir secara sistematis, mereka memiliki senjata ampuh untuk mengubah hasil dan meningkatkan kinerja. Berpikir serba sistem (systems thinking) berarti melihat elemen-elemen yang berbeda dari situasi dan juga interaksi antarelemen tersebut. Asumsi dasar dari berpikir secara sistematis adalah bahwa semua hal di dunia ini berpengaruh dan dipengaruhi oleh hal-hal disekelilingnya.
Sebagai contoh, semua manajer tahu bahwa harga, biaya, volume, kualitas, dan laba saling terkait. Mengubah salah satu berarti mengubah yang lainnya. Namun, kebanyakan manajer cenderung berpikir analitis dengan menguraikan sesuatu menjadi elemen-elemennya. Berpikir sistem melangkah lebih jauh.
Untuk berpikir secara sistem, para pimpinan tidak hanya melihat bagian-bagian yang berbeda dari suatu sistem atau situasi, tetapi juga melihat contoh antarbagian tersebut, yang terus menerus berubah dan saling mengubah satu sama senantiasa berlainan, Daft menyebutkan proses pemikiran para pimpinan untuk menenagani masalah dan situasi sangat rumit yang tidak dimungkinkan dengan berpikir analitis, tapi harus berpikir sistem.
b. Pandangan Kontiongensi
Perluasan terkini dari pemikiran manajer adalah Pandangan Kontingensi (contigency view). Perspektif klasik merupakan pandangan universalis, Konsep-konsep manajemen dianggap bersifat universal, yaitu apa pun yang berhasil diterapkan di satu organisasi (gaya kepemimpinan, struktur birokratis) dapat diterapkan di organisasi lain. Akan tetapi, dalam ilmu harus ada alternatif pandangan lain.
Dalam pandangan yang disebut pandangan kasus ini, setiap situasi dianggap bersifat unik. Prinsip-prinsip tidak bersifat universal dan kita belajar mengenai manajemen dengan menghadapi banyak situasi kasus. Para manajer bertugas menentukan metode mana yang dapat digunakan di setiap situasi yang baru.
Untuk mengintegrasi pandangan-pandangan ini, dikembangkanlah pandangan kontongensi, sebagaima dikemukakan oleh Daft diperlihatkan pada gambar berikut ini.
Di sini pandangan-pandangan lain tidak dianggap benar sepenuhnya, melainkan terdapat sejumlah kontingensi atau variabel yang dapat membantu manajemen dalam mengenali dan memahami berbagai situasi.
Pandangan kontingensi menyatakan bahwa apa yang berhasil di suatu situasi mungkin tidak akan berhasil di situasi lain. Kontingensi berarti bahwa satu hal bergantung kepada hal-hal lain dan cara manajer merespons suatu situasi ditentukan oleh kontingensi utama dalam situasi tersebut.
Salah satu contoh kontingensi penting adalah posisi organisasi di industri. Struktur organisasi yang efektif bagi perusahaan Internet seperti Geogle tidak akan berhasil untuk produsen seperti Ford. Sebaliknya, menurut sasaran (management-by-objective) yang berhasil dengan baik di ssuatu perusahaan manufaktur mungkin tidak tepat jika diterapkan di sistem sekolah. Ketika para pimpinan belajar mengenali pola dan karakteristik penting dari organisasi mereka, mereka dapat menyesuaikan berbagai solusi bagi karakteristik-karakteristik tersebut.
c. Manajemen Kualitas Total
Pembahasan mengenai kulaitas adalah konsep lain yang termasuk ke dalam pemikiran manajemen. Gerakan kualitas erat kaitanhya dengan perusahaan-perusahaan Jepang, meskipun pemikiran ini muncul sebagian sebagai hasil dari pengaruh Amerika setelah Perang Dunia II. Pemikiran W. Edward Deming, yang dikenal "bapak gerakan kualitas", pada awalnya tidak begitu diperhatikan di Amerika Serikat, namun Jepang justru mengadopsi dan memodifikasi teorinya untuk membantu mereka membangun kembali industri mereka menjadi kekuatan yang mendunia.
Perusahaan-perusahaan Jepang mengambil jalan yang sangat berlainan dengan model Amerika dengan setahap demi setahap beralih kepada pendekatan terhadap kontrol kualitas berorientasi pemeriksaan kepada pendekatan yang mengutamakan keterlibatan karyawan dalam mencegah masalah kualitas.
Di tahun 1980-an, Manajemen Kualitas Total (total quality management - TQM) yang berfokus mengelola keseluruhan organisasi dalam memberikan kualitas kepada pelanggan menjadi senjata andalan para manajer Amerika dalam menghadapi persaingan global. Pendekatan ini menyertakan nilai-nilai kualitas ke setiap aktivitas di suatu perusahaan dengan para pekerja di garis depan terlibat secara aktif dalam proses tersebut. empat elemen penting dari manajemen kualitas adalah keterlibatan karyawan, fokus kepada pelanggan, tolak ukur, dan perbaikan berkelanjutan.
Keterlibatan karyawan berarti bahwa untuk mencapai kualitas tinggi, seluruh organisasi harus berpartisipasi dalam mengontrol kualitas. Semua karyawan berfokus kepada pelanggan, dan perusahaan mencari tahu apa yang diinginkan oleh pelanggan dan mencoba memenuhi kebutuhan dan ekspektasi mereka.
Benchmarking (menentukan tolak ukur) adalah suatu proses yang dilakukan oleh perusahaan untuk mencari tahu bagaimana perusahaan lain melakukan apa yang mereka lakukan dengan lebih baik untuk ditiru atau diperbaiki.
Perbaikan berkelanjutan adalah penerapan perbaikan rutin dalam jumlah yang kecil secara bertahap di semua bidang organisasi. Meskipun TQM bukan merupakan resep sekali pakai, TQM masih menjadi bagian penting dari organisasi di masa ini, dan para manajer khusunya menganggap tolak ukur sebagai teknik manajemen yang sangat efektif dan memuaskan. TQM juga merupakan pendekatan yang luas terhadap kontrol kualitas yang menekankan upaya tidak kenal lelah yang dibarengi disiplin untuk menghasilkan kualitas yang tinggi dengan biaya yang lebih rendah.
MODUL 2 :
LINGKUNGAN MANAJEMEN DAN ORGANISASI
Aktivitas manajemen tidak berada dalam ruang yang hampa, namun berinteraksi dan saling memengaruhi dengan dunia di sekelilingnya. Dalam praktik manajemen menerima masukan dari lingkungan dan memengaruhi lingkungan dengan keluaran yang dihasilkan oleh organisasi.
Organisasi Bisnis saat ini dihadapkan pada dinamika lingkungan yang semakin besar, dan setiap pimpinan dalam organisasi bisnis harus bisa secara proaktif merespons dinamika perubahan lingkungan. Sifat dinamika lingkungan tersebut sesuai dengan sifat bisnis yang merupakan organisasi dengan sistem terbuka. Sifatnya yang terbuka membuat batas-batas organisasi dapat ditembus oleh sistem yang lebih besar dan luas (supra system).
Sikap pimpinan organisasi dapat bersifat reaktif maupun antisipatif dalam merespons lingkungan tersebut. Namun yang terpenting adalah bagaimana memahami perubahan lingkungan tersebut, sehingga setiap keputusan yang diambil efektif.
Banyak organisasi yang pada mulanya bermain aman, saaat ini mendapati kenyataan bahwa lingkungan telah berubah dengan intensitas sangat tinggi. Bila tidak mampu menyesuaikan diri, maka organisasi tidak akan mampu mempertahankan eksistensinya.
KEGIATAN BELAJAR 1 :
PENGERTIAN, DIMENSI, DAN JENIS-JENIS LINGKUNGAN
A. PENGERTIAN LINGKUNGAN
Kata "lingkungan" mengandung konotasi environment yang berasal dari kata environs (daerah sekeliling atau sekitar). Lingkungan organisasi adalah elemen-elemen di dalam dan di luar organisasi yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan organisasi (Kusdi 2011:62). analisis lingkungan dimulai dari hal yang paling sederhana, yaitu memahami unsur-unsur atau elemen-elemen dalam lingkungan umum dan lingkungan khusus organisasi.
B. DIMENSI-DIMENSI LINGKUNGAN ORGANISASI
Ketika para ahli mendefinisikan lingkungan, maka saat itu juga biasanya dimensi-dimensi yang termasuk dalam lingkungan tersebut akan dibahas. Penting untuk memahami dimensi-dimensi tersebut agar para pebisnis dapat memahami bisnis beserta lingkungannya.
Lingkungan pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berada di dalam maupun di luar organisasi yang akan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap aktivitas organisasi. Oleh karenanya, sekalipun banyak ahli yang memberikan pendapat yang berbeda tentang lingkungan, pada dasarnya lingkungan dapat dibagi dalam tiga macam.
Ketiga macam lingkungan tersebut adalah
lingkungan luar, lingkungan tugas, dan lingkungan dalam (internal). Sebagai suatu sistem terbuka, perusahaan memperoleh sumber daya dan menghasilkan barang dan jasa dari dan ke lingkungan eksternal.
1. Lingkungan Eksternal
Menurut Duncan (1972) dalam Solihin (2012) yang dimaksud dengan lingkungan eksternal perusahaan (external business environment) adalah berbagai faktor yang memiliki kekuatan (force) dan dapat mempengaruhi perusahaan.
Faktor-faktor tersebut berada di luar perusahaan tetapi harus diperhitungkan oleh perusahaan pada saat membuat keputusan. Perusahaan perlu memperhitungkan berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal perusahaan karena lingkungan eksternal ini dapat memberikan peluang (opportunities) dan apabila perusahaan dapat memanfaatkan berbagai peluang tersebut maka perusahaan berpeluang untuk meningkatkan keunggulan bersaing. Perusahaan selain itu juga lingkungan eksternal dapat memberikan ancaman (threats) yang akan menghambat pencapaian tujuan perusahaan.
selanjutnya lingkungan eksternal perusahaan dapat dibagi ke dalam dua kategori yakni lingkungan umum (general environment) dan lingkungan tugas (task environment).
Lingkungan UmumLingkungan umum adalah lapisan terluar yang tersebar luas dan terdiri dari berbagai faktor yang relatif tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. grant (1999) dalam Wheelen dan Hunger (2004:5) menyebutkan bahwa lingkungan umum perusahaan terdiri dari berbagai faktor, seperti nilai-nilai sosial (social values), taraf pendidikan (educational), politik, ekonomi, hukum, demografi, lingkungan, sumber daya alam, dan teknologi. Value based Management menyebut analisis terhadap Political factors, Social factors, dan Technological factors. Berbagai faktor yang termasuk dalam kategori lingkungan umum perusahaan dapat dilihat pada Tabel 2.1 :
Sementara itu Daft (2010:84) menyatakan dimensi-dimensi lingkungan umum mencakup dimensi internasional, teknologi, sosial budaya, hukum-politik, dan alam. Berikut ini penjelasan Daft mengenai dimensi-dimensi lingkungan organisasi tersebut.
1) Dimensi Internasional (International dimension)
Lingkungan internasional dapat mempengaruhi organisasi dalam banyak hal, misalnya berbagai tren sosial, pengaruh teknologi dan ekonomi internasional. Dewasa ini setiap perusahaan harus bersaing secara global. Mobil berkualitas tinggi dengan harga rendah buatan Jepang dan Korea telah mengubah industri mobil AS. Di sektor industri telepon genggam, perusahaan AS harus bersaing ketat dengan Korea's Samsung, Finlandia's Nokia, dan Taiwan's High Tech Computer Corporation (HTC).
Bagi banyak perusahaan Amerika Serikat (AS) seperti Google, pasar domestik sudah sedemikian jenuh, dan satu-satunya potensi pertumbuhan berada di luar negeri. Misi Google adalah untuk mencapai tempat paling terpencil di dunia sekali pun dengan cara menyediakan hasil pencarian dalam lebih dari 35 bahasa dan layanan terjemahan bagi pengguna tanpa melihat bahasa mereka.
Perusahaan paling dramatis di lingkungan internasional selama beberapa tahun terakhir adalah peralihan kekuatan ekonomi kepada Cina dan India. Bersama-sama, kedua negara ini memiliki populasi, pemikiran, dan kedinamisan untuk mengubah ekonomi global abad dua puluh satu. Jika semua berjalan semestinya, sejumlah analis memperkirakan bahwa India akan menggeser Jerman sebagai ekonomi ketiga terbesar di dunia dalam tiga dekade, dan Cina akan menggeser AS sebagai ekonomi terbesar dalam setengah abad.
Di Cina, pendapatan per kapita naik tiga kali lipat dalam satu generasi, dan para pemimpinnya membangun infrastruktur untuk melakukan ekspansi selama bertahun-tahun, sebagaimana tercermin dalam hasrat negara tersebut akan bahan mentah. Di tahun 2005, Cina menyumbang 47 persen konsumsi semen dunia, 30 persen konsumsi batu bara, dan 26 persen biji besi. Tidak ada seorang pun yang mampu meramalkan masa depan, namun sudah jelas bahwa segoncang apa pun keadaan Cina dan India, perusahaan-perusahaan AS dan Barat tidak memiliki pilihan lain selain bersikap waspada.
Lingkungan global merupakan sebuah lapangan yang kompleks, senantiasa berubah, dan timpang jika dibandingkan dengan lingkungan domestik. Para manajer yang terbiasa dengan lingkungan domestik harus belajar aturan baru agar tetap kompetitif. Ketika beroperasi di tingkat global , para manajer harus mempertimbangkan bukan hanya faktor-faktor hukum , politik, sosial budaya, dan ekonomi di negeri mereka sendiri, tetapi juga di negara lain. Para manajer tingkat global yang bekerja di Cina, misalnya menyadari bahwa keberhasilan mereka dalam bersaing dimulai dengan kemampuan mereka untuk membina hubungan pribadi dan emosional dengan relasi mereka di negeri tersebut.
Analisis lintas budaya juga sangat diperlukan ketika suatu bisnis akan berekspansi ke luar negeri, semakin jauh perbedaan budaya antar negara semakin banyak hal yang harus kita pelajari dan sesuaikan antara negara asal dengan negara tujuan dan begitupun sebaliknya.
Analisis budaya ini biasanya antara lain meliputi bahasa, perilaku sehari-hari, dan kebiasaan. Dengan pemahaman budaya negara setempat memudahkan para pebisnis untuk mencapai pasar global dan mengantisipasi kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi.
2) Dimensi Teknologi (technological dimension)
Dimensi ini mencakup perkembangan ilmu dan teknologi di bidang industri tertentu maupun di masyarakat secara keseluruhan. Selama beberapa tahun terakhir, dimensi ini telah menimbulkan perubahan besar bagi perusahaan-perusahaan di semua industri.
Dua puluh tahun yang lalu banyak perusahaan yang bahkan tidak menggunakan komputer desktop. Sekarang jaringan komputer, akses internet, perangkat genggam, fasilitas video conference, telepon seluler, dan laptop merupakan perlengkapan minimal dalam menjalankan bisnis. Generasi perangkat genggam baru memungkinkan pengguna untuk mengecek email perusahaan, kalender harian, daftar kontak bisnis, dan bahkan pesanan pelangan dari semua lokasi dengan menggunakan jaringan tanpa kabel.
Telepon seluler kini dapat beralih dengan mudah dari jaringan seluler ke jaringan WiFi perusahaan. Beberapa perusahaan membekali karyawannya dengan gantungan kunci tanpa kabel dengan kode keamanan yang senantiasa diperbarui, yang memungkinkan mereka mengakses jaringan perusahaan dan menampilkan data atau mengirim email dari komputer mana pun lewat koneksi broadband.
Di Indonesia, perkembangan teknologi terutama teknologi informasi sangat pesat. Hal ini menguntungkan bagi banyak bisnis dalam berbagai aspek. Misalnya banyak bisnis start-up ayang emulai bisnisnya dengan menggunakan fasilitas media seperti facebook untuk memasarkan produknya (online marketing). Peluang ini muncul karena pertumbuhan pengguna internet setiap tahunnya tumbuh rata-rata diatas 20%. Selain itu juga dalam dunia perbankan banyak bank saat ini memberikan layanan mobile banking kepada para nasabahnya.
3) Dimensi Sosial Budaya (sosiocultural dimension)
Dimensi sosial budaya meliputi karakteristik demografis maupun norma, adat istiadat, dan nilai yang dianut oleh populasi umum. Beberapa karakteristik sosial budaya yang paling penting adalah sebaran dan kepadatan penduduk, usia, dan tingkat pendidikan. Profil demografis masa kini merupakan pondasi bagi tenaga kerja dan pelanggan di masa mendatang. Para ahli memprediksi peningkatan baik pasar konsu maupun pasokan tenaga kerja, dengan meningkatnya keberagaman di dalam organisasi maupun pasar konsumen.
Karakteristik demografis suatu wilayah harus dipahami oleh seorang pebisnis karena menyangkut pada beberapa besar tingkat pendapatan, pekerjaan dan pendidikan pasar sasaran yang akan dituju. Hal tersebut akan menentukan bagaimana perusahaan dapat memberikan strategi pemasaran yang tepat.
4) Dimensi Ekonomi (economic dimension)
Menunjukkan kesehatan ekonomi pada umumnya dari negara atau wilayah di mana sebuah organisasi berjalan. Daya beli konsumen, inflasi, nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang asing, angka pengangguran, dan suku bunga adalah bagian dari lingkungan ekonomi suatu organisasi. Oleh karena organisasi-organisasi pada maasa kini berjalan dalam lingkungan global, dimensi ekonomi telah menjadi makin rumit dan menciptakan ketidakpastian yang sangat besar bagi para manajer. Ekonomi di berbagai negara terikat lebih erat sekarang. Misalanya krisis ekonomi di Amerika Serikat pada tahun 2008 telah berimbas pada pasar di Indonesia.
Satu tren penting terkini dalam lingkungan ekonomi adalah frekuensi merger dan akuisisi. Di Indonesia juga raksasa perusahaan consumer goods Unilever banyak mengakuisisi merek-merek lokal seperti Taro, Teh Sariwangi, dan Kecap Bango. Kemudian merger beberapa Bank membentuk Bank Permata (beberapa bank swasta) dan Bank Mandiri (beberapa bank pemerintah), dan Bank CIMB-Niaga.
Lingkungan ekonomi yang lain yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
a) Tingkat penghasilan rata-rata penduduk. Tingkat penghasilan ini penting diperhatikan untuk menentukan kebijakan, khususnya dalam bisnis apakah menarik sebagai pasar atau tidak.
b. Struktur Pajak; di beberapa negara struktur pajak sangat tinggi untuk perusahaan asing. Namun sebaliknya juga ada fasilitas tax holiday. Saat ini pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Tax Amnesty.
c. Tingkat inflasi; karena hal ini akan mempengaruhi daya beli masyarakat yang akhirnya akan mempengaruhi ekonomi dan bisnis secara keseluruhan.
d. Fluktuasi nilai tukar mata uang; yang dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan barang dan jasa disetiap negara. Fluktuasi ini bagi sebagian orang atau perusahaan dapat menimbulkan kerugian dalam jumlah besar.
e. Ketersediaan infrastruktur; di mana infrastruktur sangat mempengaruhi pergerakan barang dan produk lainnya. Infrastruktur yang tersedia secara memadai akan mendukung supply chain dan distribusi logistik, yang akhirnya akan mempengaruhi daya saing dalam harga jual. Infrastruktur yang buruk menimbulkan ekonomi biaya tinggi dan memperlemah daya saing. Indonesia merupakan salah satu negara dengan infrastruktur yang buruk.
5) Dimensi Politik-Hukum (legal-political dimension)
Dimensi ini terdiri atas berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang dapat mempengaruhi perilaku perusahaan. Kebijakan pemerintah ini dapat bersifat mendukung ataupun menghambat keberadaan bisnis. Selain kebijakan juga berbagai kondisi politik dan keamanan dapat mempengaruhi jalannya bisnis.
Seorang manajer juga harus mengenali beragam kelompok penekan (preassure groups) yang ada dalam kerangka kerja politik-hukum guna memengaruhi perusahaan untuk berperilaku dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial.
6. Dimensi Alam (natural dimension)
Guna menghadapi tekanan dari advokat lingkungan, organisasi-organisasi telah menjadi makin sensitif dengan berkurangnya sumber daya alam bumi dan dampak yang diberikan produk mereka pada lingkungan. Sebagai hasilnya, dimensi alam dari lingkungan eksternal makin penting. Dimensi alam (natural dimension) terdiri atas semua elemen yang secara alami muncul di bumi, contohnya tumbuhan, hewan, bebatuan, dan sumber daya alam seperti udara, air dan iklim.
Dimensi alam berbeda dengan sektor lingkungan secara luas lainnya, karena alam tidak dapat menyuarakan dirinya sendiri. Pengaruh terhadap para manajer untuk memenuhi kebutuhan dalam lingkungan alam mungkin datang dari sektor lainnya, misalnya peraturan pemerintah, perhatian konsumen, media, tindakan kompetitor, atau bahkan pegawai. Misalnya, kelompok-kelompok yang mengatasnamakan lingkungan menjalankan berbagai aksi dan tujuan kebijakan yang terdiri atas pengurangan dan pembersihan polusi yang dibuat manusia, pembangunan sumber daya energi yang bisa diperbarui, dan penggunaan yang berjangka panjang dari sumber daya langka seperti air, tanah, dan udara. Kini, telah ada perhatian yang lebih kuat terhadap perubahan iklim seperti pemanasan global yang diakibatkan gas rumah kaca, terutama karbon dioksida.
Perhatian akan lingkungan telah mendorong perusahaan-perusahaan mengambil tindakan-tindakan di bawah ini :
a) Menghilangkan kantong plastik yang tidak bisa diuraikan dari lingkungan
b) Meningkatkan efisiensi kantor perusahaan dan pabrik
c) Berinvestasi dalam teknologi yang lebih bersih.
Di Indonesia, kepedulian perusahaan pada lam juga tercermin dengan banyaknya perusahaan yang menerapkan penggunaan bahan baku lebih ramah lingkungan dan kantong pembungkus yang dapat di daur ulang.
2. Lingkungan Tugas
Seperti yang sudah digambarkan sebelumnya, lingkungan tugas terdiri atas sektor-sektor tersebut yang memiliki hubungan kerja langsung dengan organisasi, yaitu pelanggan, pesaing,pemasok, dan pasar tenaga kerja.
a. Pelanggan (customers)
Pelanggan adalah orang-orang dan organisasi dalam lingkungan usaha yang memperoleh barang atau jasa organisasi. Sebagai penerima dari keluaran yang dihasilkan organisasi, pelanggan adalah unsur yang penting karena pelanggan menentukan kesuksesan organisasi. Nasabah adalah pelanggan dari bank, siswa adalah pelanggan dari sekolah, dan tamu adalah pelanggan dari hotel.
Banyak perusahaan yang mencari cara untuk meraih pasar remaja dan anak muda yang didambakan dengan mencoba memasarkan pesan-pesan ke dalam jejaring sosial online seperti Twitter dan Facebook.com. Apple mensponsori grup Apple-lovers di Facebook.com, memberikan Ipod Shuffle secara cuma-cuma dalam kontes mingguannya. Pada kasus di Indonesia keberhasilan keripik Mak Icih di Bandung memasarkan produknya melalui twitter.
Pelangan di masa kini memiliki daya yang lebih besar karena adanya Internet, yang memberikan ancaman sekaligus peluang bagi manajer-manajer. Pelanggan di masa sekarang dpat secara langsung memengaruhi reputasi dan penjualan suatu organisasi, di mana dengan fasilitas sosial media,pelanggan akan berbicara apapun yang dia rasakan tentang produk dengan berbagai cara dan berbagai saluran, oleh karenanya saatnya kini perusahaan menjaga hubungan baik dengan pelanggan tidak hanya dengan produk yang baik tetapi juga pelayanan yang memuaskan.
b. Peaing (Competitor)
Masalah-masalah persaingan akan memiliki cirinya sendiri dalam industri apa pun. Organisasi-organisasi lainnya dalam suatu industri atau jenis bisnis yang sama, yang memberikan barang atau jasa pada pelanggan yang sejenis disebut pesaing (competitor). Industri rekaman berbeda dengan industri baja dan industri farmasi. Perang persaingan digelar di seluruh dunia dalam industri apa pun.
Jika dahulu raja minuman dalam kemasan hanya dikuasai oleh pemain besar seperti Teh Botol Sosro dan Coca Cola Grup, sat ini begitu banyak para pelaku pada produk sejenis dengan berbagai varian produk dan harga. Oleh karenanya pada satu sisi pelanggan sangat diuntungkan tetapi bagi perusahaan apabila tidak dapat mencermati maka akan tergusur dan akhirnya mati karena tidak kuat menghadapi persaingan tersebut. Oleh karenanya riset pasar dan inovasi sebagai salah satu cara dalam memenangkan persaingan.
c. Pemasok (supplier)
Pemasok menyediakan bahan-bahan mentah yang digunakan suatu organisasi untuk memproduksi barangnya. Pabrik baja membutuhkan biji besi, mesin, dan sumber daya keuangan. Sebuah universitas mungkin menggunakan ratusan pemasok untuk kertas, pensil, makanan di kantin, komputer, LCD, listrik, dan buku materi perkuliahan.
Banyak perusahaan menggunakan pemasok yang lebih sedikit dan mencoba untuk membangun hubungan yang baik dengan pemasok-pemasok tersebut misalnya dengan menggunakan kontrak jangka panjang agar perusahaan tersebut bisa menerima bagian dan bahan berkualitas tinggi dengan harga yang lebih murah.
d. Pasar Tenaga Kerja (labor market)
Pasar Tenaga Kerja adalah orang-orang di lingkungan usaha yang dapat diperkerjakan bagi perusahaan. Setiap perusahaan membutuhkan pasokan personalia yang terlatih dan berkualitas. Serikat buruh, asosiasi pekerja, dan ketersediaan kelas-kelas pekerja tertentu dapat memengaruhi pasar tenaga kerja perusahaan. Daya pasar tenaga kerja yang berpengaruh terhadap perusahaan saat ini adalah :
(1) Kebutuhan yang terus bertambah akan pekerja yang mengerti komputer
(2) Keharusan adanya investasi yang terus menerus akan sumber daya manusia melalui perekrutan, pendidikan, dan pelatihan, untuk memenuhi permintaan yang kompetitif dari dunia yang tanpa batas, dan;
(3) Dampak blok-blok dagang internasional otomatisasi,kontrak semena-mena, serta lokasi fasilitas dan dislokasi buruh yang berubah, menciptakan kolam-kolam pekerja yang tidak terpakai di beberapa area dan kekurangan tenaga kerja di area lainnya.
Banyak perusahaan-perusahaan besar di Indonesia merekrut tenaga kerjanya dari perguruan tinggi perguruan tinggi ternama karena jaminan kualitas lulusan yang lebih baik. Selain itu juga keikutsertaan perusahaan dalam bursa tenaga kerja akan mempermudah dalam pencarian tenaga kerja tersebut.
Analisis lingkungan luar pada dasarnya mengadopsi pendekatan modern atau pendekatan sistem dalam teori organisasi. Sifat-sifat sistem yaitu holistik, saling berkaitan antara satu dan bagian yang lain, banyaknya bagian yang terpisah dan berbeda menimbulkan kompleksitas sistem.
Dalam sistem dibutuhkan integrasi dalam rangka mengendalikan dengan dua pendektan yaitu :
- Rational planning machine (mechanistic/cybernetic, top down nature). Dalam hal ini pengendalian sistem diatur sedemikian rupa dengan sistem yang bersifat teknis, elektronis. Hanya berlaku pada sistem yang sudah baku dan pada sistem-sistem teknis.
- Organic form, emphasised by learning organization, resources dependent and population ecology models. Dalam hal ini pengendalian sistem disesuaikan dengan keadaan dan tergantung pada keadaan setempat. Oleh karena itu pengendalian sistem dilakukan secara day to day, serta berdasarkan pengalaman atau pembelajaran dari sebelumnya.
- Pendekatan ketiga adalah kombinasi atau pencampuran kedua pendekatan di atas yang kemudian dikenal dengan contingency approach.
- Seluruh organisasi membutuhkan umpan balik dari lingkungan dalam rangka perbaikan atau perubahan sistem.
Analisis perubahan lingkungan luar dapat juga dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagaimana diringkas dengan akronim TEMPLES sebagaimana gambar di bawah ini.
1) Perubahan Teknologi
Pengaruh perubahan teknologi yang mempengaruhi organisasi dapat ditelaah denganmenjawab pertanyaan sebagaimana di bawah ini.
2. Perubahan Ekonomi
Pengaruh perubahan ekonomi yang mempengaruhi organisasi dapat ditelaah dengan menjawab pertanyaan sebagaimana di bawah ini.
3) Perubahan Pasar
Pengaruh perubahan pasar yang mempengaruhi organisasi dapat ditelaah dengan menjawab pertanyaan sebagaimana di bawah ini.
4) Perubahan Politik
Pengaruh perubahan politik yang mempengaruhi organisasi dapat ditelaah dengan menjawab pertanyaan sebagaimana di bawah ini
5) Perubahan Hukum dan Lingkungan
Pengaruh perubahan hukum dan lingkungan yang mempengaruhi organisasi dapat ditelaah dengan menjawab pertanyaan sebagaimana di bawah ini
6) Perubahan Sosial
Pengaruh perubahan sosial yang mempengaruhi organisasi dapat ditelaah dengan menjawab pertanyaan sebagaimana di bawah ini
3. Analisis Lingkungan Internal Organisasi
Selain dipengaruhi oleh lingkungan eksternal, perusahaan juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan internalnya. Salah satu cara untuk menganalisis lingkungan organisasi salah satunya adalah dengan menelaah kemampuan dan kompetensi inti (core competence and capabilities: "Distinctive capabilities which yield a competitive advantage, that cannot readily reproduced by competitor. A unique resources + support necessary resources + capabilities for supply the product of service)
Definisi ini menjelaskan bahwa kompetensi inti dan kapabilitas adalah suatu kemampuan unik atau berbeda yang akan menjadi sumber bagi keunggulan bersaing yang tidak mudah ditiru oleh pesaing. Bentuknya antara lain berbentuk sumber daya yang unik yang mendukung kegiatan organisasi manakala dibutuhkan dan kemampuan untuk mendukung penyediaan produk atau jasa.
Beberapa kompetensi inti yang dapat dicontohkan sebagai berikut :
a. Strategic/specific asset (human, natural monopoli, atau eksklusivitas undang-undang)
b. Inovasi (relasi pelayanan prima dan teknologi) dan reputasi (brand name)
c. Arsitektur organisasi : sekumpulan hal (yang tidak dimiliki organisasi lain) seperti ikatan formal, relasi/ikatan informal dan relasi atas dasar trust kepercayaan (bukan relasi transaksional/spot)
d. Relasi, jejaring, aliansi stratejik, klan.
Terkait dengan analisis lingkungan internal, berikut ini akan diuraikan hal-hal yang terkait dengan lingkungan internal. Lingkungan internal adalah sejumlah elemen dalam organisasi termasuk didalamnya para pekerja, pengelola, budaya perusahaan dan juga perilaku-perilaku nyata para pekerja.
Beberapa elemen mempengaruhi keseluruhan organisasi. elemen yang lain mungkin hanya mempengaruhi pimpinan saja. Cara pandang, filosofi dan gaya kepemimpinan akan mempengaruhi keseluruhan pekerja secara langsung. Apakah pimpinan menerapkan pendekatan tradisional atau progresif dalam kepemimpinannya, ini akan mempengaruhi suasana dalam organisasi. Berikut uraian ringkas elemen-elemen dalam organisasi.
a. Pernyataan misi Organisasi
Pernyataan misi yang menjadi alasan berdirinya organisasi dan menjadi alasan eksistensi organisasi. Dalam statement terkandung filosofi perusahaan pernyataan keberadaannya, nilai-nilai perusahaan, dan untuk apa organisasi didirikanny dan keberadaannya. Pernyataan misi menjadi panduan dan fokus bagi seluruh anggota organisasi untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama.
Pernyatan misi yang baik mengandung hal-hal berikut :
(1) masyarakat yang akan dilayani
(2) produk atau layanan yang disediakan
(3) lokasi atau posisi organisasi
(4) filosofi organisasi
b. Kebijakan Organisasi
Kebijakan organisasi adalah merupakan seperangkat kebijakan yang menjadi panduan dalam mengatur bagaimana organisasi dikelola sesuai dengan situasi nyata yang dihadapi saat ini. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki hak untuk ikut serta, level, syarat-syarat yang bisa menetapkan kebijakan yang disediakan sebagai panduan bagi pimpinan tentang siapa yang harus membuat keputusan atas kondisi atau keadaan yang sering terjadi dalam organisasi. Kebijakan organisasi merupoakan suatu indikasi kepribadian atau sifat-sifat personal dalam organisasi dan harus cocok dengan pernyataan misi organisasi.
c. Struktur Formal
Stuktur formal dalam sebuah organisasi merupakan suasana hierarki tugas dan orang-orang. Struktur menentukan bagaimana informasi mengalir dalam organisasi di mana setiap bagian-bagian bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan dan di mana letak kekuasaan atau kewenangan (power) membuat keputusan.
Beberapa organisasi menggunakan bagan untuk menyederhanakan uraian dari struktur formal. Bagan organisasi ini merupakan sebuah tayangan gambar (pictorial) dari garis-garis resmi kewenangan dan komunikasi dalam organisasi.
d. Budaya Organisasi
Sementara itu budaya organisasi merupakan sebuah organisasi yang bersifat personal-individual. Setiap orang dalam organisasi memiliki kepribadian yang berbeda, sehingga setiap organisasi memiliki perbedaan dalam bekerjanya. Budaya dalam sebuah organisasi membedakan dirinya dari organisasi lain dan membentuk perilaku atau tindakan-tindakan dari setiap anggotanya, Ada empat komponen yang membentuk atau mewarnai budaya organisasi: nilai-nilai, pahlawan, ritus dan ritual, jejaring sosial.
1) Nilai-nilai