Tugas ini untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam melakukan critical thingking terhadap isu-isu terkini yang berkaitan dengan aktifitas organisasi.
“Tulislah artikel dengan tema pentingnya pengetahuan bagi organisasi modern”
Pedoman menulis artikel
- Panjang tulisan antara 8 sd 10 halaman
- Jarak baris 1,5 spasi
- Kutipan harap dilengkapi nama penulis dan tahun terbit
- Tidak terlambat mengunggah tugas
Format tulisan
- Pendahuluan
- Tujuan penulisan
- Teori atau konsep yang digunakan
- Pembahasan
- Kesimpulan
- Daftar Pustaka
PENTINGNYA
PENGETAHUAN BAGI ORGANISASI MODERN
DISUSUN OLEH :
N
A M A : MUKHTARUL MUSLIMIN
N
I M : 043987196
PROGRAM
STUDI : S1 ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS HUKUM
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
TERBUKA
TAHUN AKADEMIK
2022.1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini tidak terlepas dari pengetahuan yang
dikelola dengan baik. Pengetahuan dan teknologi selalu berkembang yang selalu
berdasarkan dan bertitik tolak pada pengetahuan dan teknologi yang telah ada
sebelumnya.
Salah
satu hal yang perlu diperhatikan dalam rangka reformasi birokrasi adalah setiap
setiap instansi atau lembaga pemerintah harus melakukan pengelolaan
pengetahuan. Saat ini pengelolaan pengetahuan belum banyak dilakukan oleh
lembaga/instansi pemerintah. Knowledge manajemen dan
manejemen perubahan dikelola untuk membuat suatu organisasi pembelajaran supaya
kita bisa menciptakan proses-proses perubahan dalam rangka mencapai tujuan kita
yang lebih baik dari pada sebelumnya secara efektif dan efisien
Setiap organisasi baik pemerintah,
swasta dan masyarakat seharusnya memiliki unit pengelolaan pengetahuan. Hal ini
dimaksudkan dalam upaya peningkatan kinerja secara efektif dan efisiensi suatu
organisasi. Peningkatan kinerja saat ini harus berupa kreativitas dan inovasi.
Perusahaan-perusahaan swasta yang besar pada umumnya memiliki unit research
and development (R&D) dan pengelolaan pengetahuan yang memadai,
baik dalam wujud lembaga pelatihan (training centre) dan dokumentasi
atau perpustakaan yang modern. Karena perusahaan swasta yang besar biasanya
mempunyai visi jangka panjang.
Pengetahuan
merupakan salah satu sumber daya yang strategis. Dengan manajemen pengetahuan,
organisasi akan berusaha mengelola pengetahuan internal dan mengakuisisi
pengetahuan-pengetahuan eksternal yang dibutuhkannya untuk menciptakan
terobosan-terobosan atau inovasi dalam rangka untuk mencapai good government
maupun peningkatan kinerja. Kegiatan akuisisi pengetahuan telah dilakukan
secara rutin dan terstruktur dalam bentuk pelatihan internal dan eksternal,
mengundang ahli atau narasumber dari luar, serta mengirim karyawan untuk magang
di organisasi lain yang memiliki keunggulan-keunggulan (best practice).
Kegiatan berbagi pengetahuan (sharing knowledge) dilakukan
terutama bila ada pegawai/karyawan yang kembali dari pelatihan dan magang di
luar negeri atau pelatihan di dalam negeri. Sedangkan kegiatan pemanfaatan
pengetahuan juga dilakukan untuk mengimplementasikan hasil pelatihan-pelatihan
yang bersifat teknis, administrasi maupun manajerial. Alasan organisasi untuk
melakukan ketiga kegiatan manajemen pengetahuan adalah untuk meningkatkan
kualitas hasil kerja (efektivitas) dan meningkakan efisiensi kerja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian sebelumnya berbagai pertanyaan yang timbul antara lain apa saja yang
telah kita lakukan berkaitan dengan pengelolaan pengetahuan, apakah para pihak
telah menyadari penting pengelolaan pengetahuan dalam peningkatan kinerja
secara efisien, kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka pengelolaan
pengetahuan, bentuk-bentuk pengelolaan pengetahuan yang telah dilakukan dan
akan dilakukan.
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan
tulisan ini adalah untuk menggugah kesadaran baik pegawai pemerintah (ASN)
maupun karyawan swasta dan masyarakat menyadari pentingnya pengelolaan
pengetahuan dalam mengelola organisasi, mengkaji kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan baik pemerintah, swasta dan masyarakat serta bentuk-bentuk
pengelolaan pengetahuan.
Manfaat
tulisan ini adalah agar semua pihak dapat melakukan pengelolaan pengetahuan
dengan baik sebagai wahana pembelajaran serta sharing pengetahuan dan
pengalaman untuk meningkatkan kinerja organisasi.
D. Metoda
Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan metoda studi kepustakaan dan pengamatan,
kemudian dibangun analisis dan sintesis dari berbagai data dan informasi yang
didapat. Analisis data tentang kegiatan-kegiatan pengelolaan pengetahuan dan
bentuk-bentuk pengelolaan pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan
atau knowledge, bukanlah data, bukan pula informasi, namun sulit
sekali dipisahkan dari keduanya. Perbedaan antara data, informasi dan
pengetahuan seringkali hanya pada masalah derajat kedalamannya, dimana
pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang lebih ‘mendalam’ dibandingkan
informasi, apalagi data. Pengetahuan adalah informasi yang terorganisasi
sehingga dapat diterapkan untuk pemecahan masalah. “pengetahuan adalah
informasi yang telah dianalisis dan diorganisasikan sehingga dapat dimengerti
dan digunakan untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan serta melakukan
tindakan dalam rangka pelaksanaan tugas, wewenang dan tangggung jawab.”
Pengetahuan
dalam konteks ini diartikan sebagai sumber daya artifisial yang berbeda dari
tenaga kerja, sumberdaya alam dan modal. Pengetahuan adalah gabungan dari
nilai, konteks, dan pengalaman dari sebuah informasi yang kemudian oleh
seseorang berdasarkan kapasitas, kapabilitas dan pengalamannya diolah menjadi
suatu sumber daya baru bagi upaya pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Jadi sebenarnya pengetahuan merupakan ujung dari sebuah proses yang dimulai
dari fakta dan data, lalu informasi dan diolah (diadopsi dan diadaptasi) pada
akhirnya menjadi pengetahuan. Lalu apa perbedaan antara data, informasi dan
kemudian akhirnya menjadi pengetahuan? Data adalah ukuran atau hasil observasi
dalam bentuk teks, numerik, grafik, kartografik, naratif atau audiovisual. Ada
juga yang menyatakan sebagai simbol yang dihasilkan dari angka, fakta dan
kuantitas. Sementara informasi merupakan data mentah yang telah diverifikasi
supaya akurat dan memiliki kepastian waktu, terorganisir, dan memiliki tujuan.
Informasi merupakan hasil proses dari data. Data telah diberi makna khusus.
Informasi disajikan dalam bentuk konteks kalimat yang memiliki makna, relevan
dan meningkatkan pemahaman dalam suatu hal. Dalam konsep pengelolaan
pengetahuan, pengetahuan dipahami sebagai wawasan dan pengalaman
yang dimiliki sesorang (tacit knowledge) atau diketahui umum (explicit
knowledge) yang memberikan kemampuan untuk merubah data dan informasi
menjadi pijakan pengambilan keputusan. Di lain pihak, dapat juga disimpulkan
bahwa (i) informasi berhubungan dengan penggambaran, definisi, atau perspektif
(apa, siapa, kapan, dimana); (ii) pengetahuan terdiri dari strategi, latihan,
metode, atau pendekatan(bagaimana); (iii) kebijakan merupakan prinsip, moral
(mengapa).
Mengutip
pendapat Henczel dalam Singh (2007), Cut Zurnali mengemukakan bahwa untuk
mendefinisikan knowledge benar-benar sulit sebagaimana
menggabungkan banyak intangibles seperti pengalaman (experiences),
intuisi (intuition), pertimbangan (judgement), keahlian (skill),
dan pelajaran yang dipelajari (lessons learned), yang secara potensial
memperbaiki berbagai tindakan. Knowledge merupakan keadaan
kognitif pikiran yang dicapai dengan menggabungkan pemahaman dan kognisi (understanding
and cognition). Hal ini sering ditunjukkan sebagai penyusunan dan
pendokumentasian knowledge seperti patents, databases, manuals,
reports, procedures, dan white papers.
Menurut
Nonaka dan Takeuchi (1995) ada dua jenis pengetahuan, yaitu explicit knowledge
atau pengetahuan eksplisit dan tacit knowledge atau pengetahuan terbatinkan.
Pengetahuan eksplisit, dapat diekspresikan dalam kata-kata dan angka, serta
dapat disampaikan dalam bentuk formula ilmiah, spesifikasi, prosedur operasi
standar, bagan, manual-manual, dan sebagainya. Pengetahuan jenis ini dapat
segera diteruskan/ditransfer dari satu individu ke individu lain secara formal
dan sistematis. Di lain pihak, pengetahuan terbatinkan, terletak dalam
benak/diri manusia, bersifat sangat personal dan sulit dirumuskan, sehingga
membuatnya sulit untuk dikomunikasikan atau disampaikan pada orang lain.
Perasaan pribadi, intuisi, bahasa tubuh, pengalaman fisik, petunjuk praktis (rule-of-thumb)
termasuk dalam jenis pengetahuan terbatinkan (tacit knowledge).
Pengetahuan
merupakan suatu yang eksplisit sekaligus tacit, beberapa pengetahuan dapat
dituliskan di kertas, diformulasikan dalam bentuk kalimat-kalimat, atau
diekspresikan dalam bentuk gambar. Namun ada pula pengetahuan yang terkait erat
dengan perasaan, keterampilan, dan bentuk bahasa utuh, presepsi pribadi,
pengalaman fisik, petunjuk praktis, dan intuisi, dimana pengetahuan terbatinkan
seperti itu sulit sekali digambarkan kepada orang lain. Penciptaan pengetahuan
secara efektif tergantung pada konteks yang memungkinkan terjadinya penciptaan
tersebut yaitu konteks yang memungkinkan terjadinya penciptaaan pengetahuan
yang dimunculkan oleh hubungan-hubungan antar manusia.
Secara umum ada lima jenis
kegiatan berbagi-pengetahuan yaitu:
1.
Pembelajaran di dalam satu kelompok untuk pekerjaan rutin yang serupa dan
terus menerus, biasanya pada profesi
yang sama;
2.
Antar dua atau lebih kelompok yang berbeda tetapi melakukan pekerjaan yang
hampir sama, misalnya pada
kegiatan/proyek kerjasama;
3.
Antar dua atau lebih kelompok, tetapi yang dibagi bersama adalah
pengetahuan tentang pekerjaan non-rutin;
4.
Antar organisasi dalam rangka kelangsungan hidup bersama, misalnya pada
kegiatan koordinasi;
5.
Dari luar kelompok (sebagai narasumber bagi kelompok lain), ketika
menghadapi persoalan yang belum pernah mereka jumpai sebelumnya.
Tidak
seluruh pengetahuan dengan serta merta dibagi bersama. Pengetahuan yang paling
sering dibagi-bersama adalah pengetahuan praktis (know-how) sebuah
organisasi, bukan pengetahuan teoritis (know-what). Berbagi bersama
pengetahuan praktis ini sangat berguna jika dilakukan dalam konteks kegiatan bersama
(team-work). Sangatlah penting bagi suatu organisasi untuk membedakan, mana
pengetahuan pribadi dan mana pengetahuan kolektif yang diperlukan untuk
kepentingan bersama.
Menurut
Michael Polanyi, “Knowing more than saying”, kita mengetahui lebih banyak
dari pada yang diucapkan. Sementara pengetahuan implisit dapat berasal dari
hasil diskusi, pertemuan rutin, seminar, pelatihan atau pengamatan
sekeliling dan berbentuk know-how, pengalaman, keterampilan,
pemahaman, maupun rules of thumb. Pengetahuan eksplisit (explicit knowledge)
yang diperoleh dari melihat, mendengar dan membaca literatur atau sumber
tertulis lainnya. Sumber pengetahuan eksplisit diantaranya buku, makalah,
standar operasional pekerjaan, situs, bahan publikasi dan lainnya.
B. Pengetahuan yang telah
diperoleh institusi perlu dikelola dengan baik.
Didalam
institusi pemerintah diisi dengan pegawai-pegawai yang memiliki tingkat
pendidikan, latar belakang pendidikan dan diklat serta pengalaman yang sangat
beragam. Dengan demikian pengetahuan yang dimiliki oleh suatu lembaga
pemerintah sesungguhnya sangat banyak. Sayangnya ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang sangat banyak tersebut, pada umumnya belum dikelola dengan
baik. Banyak pengetahuan dan pengalaman yang ada masih terdapat pada individu
para pegawai (sebagai tacit knowledge). Belum banyak pengetahuan
yang terdokumentasi tertulis dalam bentuk hardcopy (barang cetakan) maupun
elektronik file (CD, flashdisk, website, dan lain-lain). Wahana untuk berbagi
pengetahuan sudah cukup banyak antara lain dalam bentuk rapat-rapat, pertemuan
ilmiah, diskusi, seminar, temu karya, website dan lain sebagainya. Sayangnya
sebagian besar pegawai, wahana yang sudah ada tersebut belum banyak
dimanfaatkan sebagai wahana untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalamannya.
Selain itu, seringkali wahana untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman belum
dilengkapi dengan dokumentasi yang memadai baik dalam bentuk barang cetakan
atau elektronik file. Seiring dengan berkembangnya teknologi
informasi, sharing knowledge dapat melalui media social seperti whatsapp,
facebook, twitter, istagram, google.com, youtube dan lain-lain
Permasalahannya
adalah : ilmu pengetahuan yang begitu banyak kita peroleh perlu suatu
pengelolaan. Pengelolaan pengetahuan merupakan proses memperoleh ilmu
pengetahuan, memanfaatkan, menyimpan serta cara memperoleh kembali (retrieving)
secara cepat, agar ilmu yang telah diperoleh bermanfaat bagi kehidupan
baik bagi individu dan organisasi yang bersangkutan maupun masyarakat luas. Dengan
adanya pengelolaan pengetahuan tidak perlu ada studi atau penelitian yang
dilakukan berulang-ulang terhadap masalah yang sama, tetapi ilmu pengetahuan
yang ada selalu berkembang.
Cara
memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan dapat melalui berbagai wahana, yaitu
melalui pendidikan, pelatihan, diklat, media cetak (baca buku, majalah, koran,
bulletin dan karya tulisan lainnya), media elektronik (internet, TV, CD/VCD dan
format digital lainnya), melakukan penelitian, kajian, studi, telaahan dan
lain-lain, serta melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, pertemuan rutin,
rapat-rapat, diskusi, seminar, lokakarya, temu karya, temu teknis, temu usaha,
magang, kunjungan, mentoring dan sebagainya; Bahkan ada yang mencari ilmu
melalui wangsit, ilham, intuisi, perenungan dan sebagainya untuk memperoleh
gagasan –gagasan kreatif dan inovasi. Dengan demikian memperoleh pengetahuan
dapat berasal dari berbagai sumber baik didalam suatu organisasi maupun dari
luar organisasi. Tetapi tidak serta merta semua ilmu pengetahuan yang diperoleh
dapat diadopsi oleh suatu organisasi, karena suatu organisasi pada umumnya
sudah memiliki suatu “saringan” sesuai visi dan misi organisasi, norma, nilai,
budaya dan prosedur yang ada dalam organisasi tersebut.
Menghasilkan
suatu pengetahuan baru bukanlah hanya monopoli orang-orang yang bekerja di unit
penelitian atau kajian saja. Setiap orang dapat menjadi pencipta pengetahuan.
Sayang di Indonesia pencipta pengetahuan yang dilakukan oleh seseorang masih
sangat sedikit yang didokumentasi baik dalam bentuk tertulis maupun
audio-visual, sehingga tidak diketahui oleh orang banyak. Karena hal inilah
bangsa kita tidak dikenal sebagai bangsa yang kreatif dan inovasi, padahal
hanya karena kurang dokumentasi dan publikasi saja.
Ikujiro
Nonaka dalam Wahyuningsih (2004) mengatakan bahwa “perusahaan yang sukses
adalah perusahaan yang secara konsisten menciptakan pengetahuan baru,
menyebarkannya secara luas hingga keluar organisasi dan dengan cepat
menuangkannya dalam teknologi dan produk baru. Selanjutnya Ikujiro Nonaka
memperkenalkan 4 pola bagaimana hubungan/kaitan tacit knowledge (pengetahuan
yang ada dalam diri kita dan sulit diekspresikan) dan explicit
konwledge (pengetahuan dalam bentuk formal, sistematis dan mudah
dibagi) contohnya program komputer.
Penciptaan pengetahuan dapat pula
diperoleh melalui :
·
Action learning (belajar dengan bertindak)
·
Systematical problem solving (pemecahan masalah secara sistematik)
·
Experimentation (percobaan-percobaan)
·
Learning from past experiences (belajar dari pengalaman).
Penyebar-luasan
atau mentransfer ilmu pengetahuan ke berbagai unit dalam institusi merupakan
hal yang sangat penting, agar ilmu pengetahuan tersebut dapat berkembang. Dalam
mentransfer dan memanfaatkan ilmu pengetahuan mencakup berbagai media yaitu informasi
secara teknis, elektronik, maupun interpersonal baik secara sengaja maupun
tidak sengaja.
Menurut Wahyuningsih (2004) ada
sepuluh strategi pengelolaan pengetahuan yaitu :
1.
Menciptakan harapan maupun reward yang memungkinkan setiap
orang berupaya dan
bertanggung
jawab untuk mencari dan mentransfer pengetahuan
2.
Secara sistematis berusaha menarik informasi dari luar yang relevan ke
dalam organisasi
3.
Menciptakan situasi belajar di dalam organisasi untuk memperoleh dan
menyampaikan
pengetahuan.
4.
Mengembangkan cara berpikir dan belajar yang kreatif.
5.
Mendukung dan me”reward” inovasi
6.
Melatih pegawai/karyawan untuk dapat memperoleh dan memanfaatkan
pengetahuan
7.
Mendukung tim agar berbaur dan melakukan rotasi kerja untuk memaksimalkan
transfer
pengetahuan
antar unit
8.
Membangun organisasi yang memiliki nilai-nilai yang mementingkan
pengetahuan dan
keinginan
belajar
9.
Menciptakan mekanisme untuk memperoleh dan menyimpan data
10.
Melakukan transfer dari belajar dalam kelas pada penerapan untuk bekerja.
Penyimpanan
ilmu pengetahuan dalam bentuk : cetakan/tulisan, elektronik maupun format
lainnya. Saat ini banyak ilmu pengetahuan yang disimpan dalam bentuk
elektronik, karena mudah diedit, diperbaharui maupun dimanipulasi. Penyimpanan
dalam bentuk cetakan sebaiknya disusun rapi mengikuti kaidah-kaidah yang ada
dalam ilmu perpustakaan. Pemanfaatan ilmu pengetahuan melalui serangkaian uji
coba dan kajian-kajian sehingga menghasilkan suatu teknologi yang dapat
digunakan oleh manusia untuk kemudahan dan kesejahteraan hidupnya.
Beberapa
faktor penghambat dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan antara lain minat pegawai
untuk membaca dan menggali ilmu pengetahuan, biaya dan kesediaan unit yang
menerima pengetahuan. Perpustakaan merupakan wahana pengelolaan ilmu
pengetahuan, karena diperpustakaan terdapat penghimpunan ilmu pengetahuan,
proses penyimpanan dan memperoleh kembali ilmu pengetahuan yang disimpannya.
Para pustakawan seharusnya berinisiatif mencari pengetahuan dari berbagai reference
atau buku-buku baru. Kemudian membuat abstraknya yang dapat disebar-luaskan
kepada pengguna perpustakaan.
Seperti
ditegaskan oleh Senge (1995) di organisasi pembelajar (learning organization)
yang belajar adalah manusianya. Jadi pengetahuan merupakan hasil belajar dari
manusia yang diakumulasikan menjadi pengetahuan organisasi. Pengetahuan yang
dimiliki oleh manusia tidak ada yang persis sama, maka kombinasi pengetahuan
manusia yang ada di dalam organisasi akan menghasilkan pengetahuan organisasi
yang berbeda. Apalagi bila dikombinasikan pula dengan pengetahuan-pengetahuan
lain yang bergentayangan di luar organisasi. Seperti yang disampaikan oleh
English dan Baker (2006), kalau dulu perusahaan sibuk mencari cara agar
dapat out-do atau bertindak dengan lebih baik dibandingkan
pesaingnya. Kini pertempuran yang terjadi adalah untuk dapat out-know atau
mempunyai strategi pengetahuan yang lebih baik dibandingkan perusahaan lain.
Di
dalam sebuah kelompok manusia, mungkin saja ada satu atau dua orang yang
berpengetahuan lebih dari orang lainnya, mungkin saja seorang pemimpin di
sebuah organisasi berpengetahuan lebih banyak dari pada yang dimiliki oleh
anggota organisasinya. Tetapi untuk memastikan bahwa si pemimpin memiliki ”
pengetahuan yang lebih” maka para anggota itu pun harus tahu pengetahuan apakah
yang dimiliki pemimpinnya, dengan kata lain anggota itu harus punya pengetahuan
tentang pengetahuan pemimpin mereka. Dan jika seseorang telah melepas
pengetahuannya kepada orang-orang lain, atau orang tersebut telah
meraih/mendapatkan pengetahuan dari seseorang tidaklah mungkin pengetahuan itu
berkurang. Seorang pemimpin yang berhasil artinya telah melepaskan pengetahuan
yang dipunyai untuk dimiliki oleh anggota-anggotanya, namun si pemimpin tidak
pernah kehilangan pengetahuan itu, justru sebaliknya, pengetahuan si pemimpin
menjadi semakin besar karena kini pengetahuan itu tidak hanya ada di dirinya
sendiri melainkan ada di seluruh anggotanya.
Seringkali
pengetahuan yang dimiliki bersama-sama oleh anggota organisasi dan masih berada
di kepala masing-masing, dan baru terlihat jika mereka secara bersama-sama
melakukan sesuatu pekerjaan tertentu. Seringkali kita lihat sebagai pengetahuan
bersama itu adalah kegiatan bersama atau kerjasama, misalnya pengetahuan yang
dimiliki oleh para pemain, pelatih dan manajer Persik sehingga mengantarkan
menjadi juara liga Indonesia.
Transfer pengetahuan (salah satu aspek dari manajemen pengetahuan) dalam berbagai bentuk,
telah sejak lama dilakukan. Contohnya adalah melalui diskusi sepadan dalam
kerja, magang, perpustakaan
perusahaan, pelatihan profesional, dan program mentoring. Walaupun
demikian sejak akhir abad ke-20, teknologi tambahan telah diterapkan untuk
melakukan tugas ini, seperti basis pengetahuan, sistem pakar, dan repositori pengetahuan.
Pengetahuan
individual harus ditransfer kepada individu dan kelompok lain agar dapat
mempromosikan pengetahuan organisasional. Untuk ditransfer, pengetahuan harus
dieksternalisasikan dengan memilikinya dan diinternalisasikan dengan
kekurangannya, dengan penerapan utamanya pada tacit knowledge, sehinggai para
kompetitor sulit menirunya. Nonaka and Takeuchi (1995) dalam Cut Zurnali (2008)
menyatakan, transformasi pengetahuan individual ke dalam pengetahuan
organisasional terjadi melalui sosialisasi (socialization),
eksternalisasi (externalization), internalisasi (internalization)
dan kombinasi (combination). Oleh karena itu setiap proses dapat
menempatkan transformasi pengetahuan tersebut dari orang ke orang dan dari
kelompok ke kelompok.
Pemanfaatan
sumber daya manusia melalui potensi kreativitas dan inovasi, agar dapat
meningkatkan produktivitas suatu organisasi. Berbagi pengetahuan (knowledge
sharing) merupakan salah satu metode dalam knowledge management yang
digunakan untuk memberikan kesempatan kepada anggota suatu organisasi, instansi
atau perusahaan untuk berbagi ilmu pengetahuan, teknik, pengalaman dan ide yang
mereka miliki kepada anggota lainnya. Berbagi pengetahuan hanya dapat dilakukan
bilamana setiap anggota memiliki kesempatan yang luas dalam menyampaikan
pendapat, ide, kritikan, dan komentarnya kepada anggota lainnya.
Disinilah
peran berbagi pengetahuan dikalangan karyawan menjadi amat penting untuk
meningkatkan kemampuan karyawan agar mampu berpikir secara logika yang
diharapkan akan menghasilkan suatu bentuk inovasi. Jadi inovasi merupakan suatu
proses dari ide melalui penelitian dan pengembangan akan menghasilkan prototipe
yang bisa dikomersialkan.
BAB III
KESIMPULAN
Setiap organisasi baik pemerintah,
swasta dan masyarakat seharusnya memiliki unit pengelolaan pengetahuan. Hal ini
dimaksudkan dalam upaya peningkatan kinerja secara efektif dan efisiensi suatu
organisasi. Peningkatan kinerja saat ini harus berupa kreativitas dan inovasi.
Perusahaan-perusahaan swasta yang besar pada umumnya memiliki unit research and development
(R&D) dan pengelolaan pengetahuan yang memadai, baik dalam
wujud lembaga pelatihan (training
centre) dan dokumentasi atau perpustakaan yang modern. Karena
perusahaan swasta yang besar biasanya mempunyai visi jangka panjang.
Hingga saat ini masih sangat banyak pengetahuan yang
masih berada dalam batin orang per orang (tacit knowledge). Hal ini akan menyebabkan ilmu
pengetahuan tidak dapat berkembang dan memiliki manfaat yang kecil dengan
cakupan yang terbatas. Alangkah baiknya pengetahuan-pengetahuan yang masih
dalam tacit knowledge didokumentasikan
dan disebarluaskan (desiminasi) ke berbagai pihak yang relevan sebagai explicit knowledge.
Pengetahuan merupakan salah satu sumber daya yang
strategis. Dengan manajemen pengetahuan, organisasi akan berusaha mengelola
pengetahuan internal dan mengakuisisi pengetahuan-pengetahuan eksternal yang
dibutuhkannya untuk menciptakan terobosan-terobosan atau inovasi dalam rangka
untuk mencapai good government maupun peningkatan kinerja. Kegiatan akuisisi
pengetahuan telah dilakukan secara rutin dan terstruktur dalam bentuk pelatihan
internal dan eksternal, mengundang ahli atau narasumber dari luar, serta
mengirim karyawan untuk magang di organisasi lain yang memiliki
keunggulan-keunggulan (best
practice). Kegiatan berbagi pengetahuan (sharing knowledge)
dilakukan terutama bila ada pegawai/karyawan yang kembali dari pelatihan dan
magang di luar negeri atau pelatihan di dalam negeri. Sedangkan kegiatan
pemanfaatan pengetahuan juga dilakukan untuk mengimplementasikan hasil pelatihan-pelatihan
yang bersifat teknis, administrasi maupun manajerial. Alasan organisasi untuk
melakukan ketiga kegiatan manajemen pengetahuan adalah untuk meningkatkan
kualitas hasil kerja (efektivitas) dan meningkakan efisiensi kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Joko Purwanto. (2021). Teori
Organisasi. BMP ADPU4341. Universitas Terbuka
http://pusdiklatsdmklhk.bp2sdm.menlhk.go.id/?p=2922