Diskusikan dengan rekan rekan Anda
- Bagaimana konflik mempengaruhi keefektifan organisasi. Jelaskan dengan menggunakan contoh kasus yang Anda dapat ambil dari berbagai sumber.
- Bagaimana cara membangun budaya organisasi untuk mendukung strategi organisasi!
PENDAPAT
DISKUSI :
1. Bagaimana
konflik mempengaruhi keefektifan organisasi. Jelaskan dengan menggunakan contoh
kasus yang Anda dapat ambil dari berbagai sumber.
Konflik
dalam Organisasi tidak terjadi secara alamiah dan terjadi bukan tanpa sumber
penyebab. Penyebab terjadinya konflik pada setiap organisasi sangat bervariasi
tergantung pada cara individu-individu menafsirkan, mempersepsi dan memberikan
tanggapan terhadap lingkungan kerjanya.
Sumber-sumber
konflik organisasi pada umumnya disebabkan kurangnya koordinasi kerja antar
kelompok/departemen dan lemahnya sistem kontrol organisasi. Permasalahan
koordinasi kerja antarkelompok berkenaan dengan saling ketergantungan pekerjaan,
keraguan dalam menjalankan tugas karena tidak terstrukur dalam rincian tugas,
perbedaan orientasi tugas.
Sedangkan
kelemahan sistem kontrol organisasi, yaitu kelemahan manajemen dalam
merealisasikan sistem penilaian kinerja, kurang koordinasi antar unit atau
bagian, aturan main tidak dapat berjalan secara baik, terjadi persaingan yang
tidak sehat dalam memperoleh penghargaan.
Contoh Kasus “Konflik Antar Karyawan”
Perlu diketahui bahwa tidak semua
masalah karyawan melibatkan atasannya. Pada beberapa hal, konflik pun bisa
terjadi antara sesama karyawan. Misalnya, saat mereka memiliki perbedaan
pendapat tentang bagaimana melakukan sesuatu, atau saat seorang karyawan merasa
direndahkan karyawan lainnya.
Konflik tersebut bisa menjadi serius
apalagi jika mengakibatkan rusaknya kerja sama dalam perusahaan. Dampaknya,
lingkungan kerja tidak lagi kondusif dan mungkin akan mengganggu karyawan
lainnya yang awalnya tidak terlibat.
Solusinya, tim HR perlu tahu cara
mengatasi konflik antar karyawan di perusahaan. Misalnya salah satu contoh
manajemen konflik ini adalah dengan melakukan mediasi dan menjadi mediator agar
konflik tersebut tidak menjadi lebih besar. Mediasi menjadi proses dengan
beberapa langkah spesifik yang dapat di lakukan untuk mencapai hasil yang
solutif dan diterima semua orang.
2. Bagaimana cara membangun budaya organisasi untuk mendukung
strategi organisasi!
Budaya
organisasi merupakan hal penting bagi suatu perusahaan untuk membentuk insan
yang berada di dalamnya memiliki nilai dan tujuan yang seirama dalam membangun
perusahaan. Budaya organisasi jugalah yang menjadi aset mahal yang tidak dapat
dibeli hanya dengan uang semata. Suatu budaya organisasi yang telah terbentuk
dan internalisasi dengan kuat akan tercermin pada sikap dan perilaku karyawan
yang bekerja di sana. Untuk itu, sebuah organisasi harus memiliki budaya yang
kokoh agar menjadi benefit tersendiri bagi perusahaan.
Berikut
langkah yang bisa dilakukan dalam membangun budaya organisasi yang kuat yaitu:
1.
Tetapkan Visi dan Misi Secara Bersama
Budaya
organisasi yang kuat tidak terlahir dengan sendirinya, tetapi karena secara
disengaja (by design) telah dikembangkan oleh para pemimpin organisasi
tersebut. Dan semuanya berawal dari menyusun visi dan misi yang ingin dicapai
organisasi atau perusahaan tersebut
2.
Kembangkan Standard Perilaku Sebagai Nilai-Nilai
Langkah
selanjutnya adalah Anda harus mengembangkan standard sikap atau prilaku yang
menggambarkan bagaimana visi dan misi tersebut diterapkan. Misalkan misi yang
akan dilakukan oleh perusahaan Anda adalah menjadi penyedia layanan perbankan
yang berkelas dunia, nah selanjutnya Anda perlu tetapkan bagaimana caranya hal
tersebut bisa tercapai. Apakah diperlukan menggunakan pendekatan secara
personal kepada pelanggan ? Apakah diperlukan sikap-sikap tertentu yang harus
ditampilkan para penyedia layanan untuk menyediakan pelayanan berkelas dunia?
3.
Komunikasikan Secara Efektif
Berikutnya
menjadi sangat penting untuk mengkomunikasikan dan mensosialisasikan kepada
semua karyawan secara efektif. Pada langkah ini Anda perlu mengkomunikasikan
dengan media yang tepat ke semua jajaran karyawan. Sebaiknya dimulai dari
jajaran manakah? Idealnya adalah tentunya dari level pemimpin, karyawan level
menengah hingga jajaran karyawan tingkat pelaksana. Dan Anda perlu
mengkomunikasikan secara efektif disini, tidak hanya bicara menginformasikan
agar semua karyawan mengetahuinya. Tapi lebih dari itu standard sikap dan
perilaku yang merupakan cikal bakal budaya organisasi ini perlu untuk dihidupi
oleh semua orang. Dan terutama sekali itu perlu diawali dari para pemimpin yang
menghidupinya. Para pemimpin perlu hadir sebagai contoh atau role-model yang
benar-benar menjalankan standard perilaku tersebut di keseharian mereka.
4.
Implementasikan Melalui Pelatihan & Pengembangan
Setelah
standard perilaku tersosialisasikan dan para pemimpin hadir sebagai role-model,
maka untuk membuat seluruh karyawan benar-benar menghidupinya maka diperlukan
sarana untuk memfasilitasi dan memastikan perilaku-perilaku tersebut dilakukan.
Misalkan untuk dapat semua penyedia layanan dapat memberikan pelayanan
perbankan kelas dunia, maka Anda perlu memberikan pelatihan-pelatihan untuk
para penyedia layanan dengan harapan dapat memiliki ketrampilan sesuai target
perilaku yang dipersyaratkan.
5.
Dukunglah Dengan Apresiasi dan Konsekuensi
Setelah
program-program pelatihan dijalankan, tetapi ada kalanya beberapa karyawan yang
tidak menaatinya atau belum dapat melakukannya dengan maksimal. Hal ini bisa
diatasi dengan memberikan dukungan bagi mereka, yang dapat diberikan melalui
dua pendekatan. Yang pertama adalah dengan pendekatan pemberian penghargaan
bagi karyawan yang menerapkan sikap dan perilaku yang sudah ditentukan dengan
baik. Sementara yang kedua adalah dengan memberikan konsekuensi bagi karyawan
yang tidak berkerja dan bersikap sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
6.
Evaluasi ke Dalam Penilaian Kinerja Secara Berkala
Langkah
terakhir namun tidak kalah penting yang harus Anda lakukan adalah dengan
memasukan penilaian sikap dan perilaku yang diharapkan ke dalam penilaian
kinerja keryawan. Cara ini membantu Anda untuk mengukur kesesuaian antara
kinerja dengan sikap atau perilaku yang selama ini karyawan Anda tunjukan.
Apakah telah sesuai dengan visi dan misi perusahaan yang telah ditetapkan
bersama? Apakah untuk mencapai target kerjanya karyawan melakukan cara-cara
yang sesuai dengan standard perilaku alias nilai-nilai perusahaan? Dengan
mengevaluasinya dan melakukannya secara berkala maka karyawan Anda akan
terdorong untuk memperhatikan perilaku dan sikap kerjanya. Hendaknya juga Anda
melakukan penilaian dan evaluasi ini dengan cara yang memotivasi, misalnya
dengan pendekatan dua arah atau diskusi yang terbuka ketika secara berkala Anda
memberikan penilaian kinerja ini pada semua karyawan.
SUMBER
REFERENSI :
BMP
ADPU4341; Teori Organisasi; Agus Joko Purwanto; Universitas Terbuka; Februari
2021
https://nextleader.id/membangun-budaya-organisasi-yang-kuat/