“Membangun Nasional Logistic Ecosystem (NLE) menjadi tantangan terutama pada era dimana teknologi digital memberikan peluang untuk membangun sebuah sistem yang baik dan efisien. Saya juga berharap bahwa dengan langkah-langkah nyata ini, biaya logistik dan waktu untuk keluar masuk dan arus barang bisa terus ditekan secara efisien,” terang Menkeu dalam acara Apel Khusus Peringatan Hari Bea dan Cukai ke-75, secara virtual pada Sabtu (2/10).
Dalam situasi ini perubahan teknologi yang terus berkembang, DJBC diharapkan juga harus menjadi institusi yang terus bergerak dan berkembang sebagai institusi yang menggunakan data dan knowledge untuk terus mengembangkan pelayanan dan pelaksanaan tugas-tugasnya. Menkeu meminta DJBC untuk menjadi organisasi yang terus belajar dalam rangka penyempurnaan cara bekerja.
Berikan tanggapan anda !
PENDAPAT DISKUSI :
Instansi Kepabeanan yaitu Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai merupakan instansi yang keberadaannya sangat dibutuhkan oleh
suatu negara, khususnya di negara Indonesia. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
memiliki peran yang cukup penting dalam melakukan tugas dan fungsinya, salah
satunya yaitu melindungi masyarakat dan industri dalam negeri dari masuknya
barang impor dan keluarnya barang ekspor yang berdampak negatif dan berbahaya.
Proses masuknya barang impor dan keluarnya barang ekspor tersebut merupakan
kegiatan dalam perdagangan internasional, yaitu kegiatan tukar menukar barang
yang dilakukan oleh pelaku bisnis di suatu negara dengan negara lain untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
Melihat manfaat yang ditimbulkan dari kegiatan
perdagangan internasional, maka pemerintah perlu meningkatkan kelancaran proses
ekspor dan impor. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan
kelancaran proses ekspor dan impor ialah sistem logistik. Dilansir dari World
Bank, pada tahun 2014 survei yang dilakukan Logistic Performance Index (LPI)
sebagai alat pembanding yang dikembangkan oleh World Bank untuk mengukur rantai
pasok suatu negara, dengan cara dibandingkan dan diperingkat bersama negara
lainnya menyebutkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-53 dengan score
3,08 dari 160 negara yang telah di survei.
Dengan kondisi logistik yang buruk akan
berdampak pada menurunnya daya saing komoditi Indonesia di pasar internasional
dan biaya ekonomi menjadi tinggi. Buruknya kondisi logistik tersebut juga
didukung oleh Dwelling Time di pelabuhan yang masih tinggi pada tahun 2014
yaitu 6,07 hari, sementara Singapura hanya 1 hari. Menurut Sanjaya (2017),
Dwelling Time adalah lama waktu tunggu yang dihitung sejak barang dibongkar
dari kapal sampai dengan barang keluar pelabuhan. Waktu tunggu tersebut
mempengaruhi kelancaran arus barang di pelabuhan dan kelancaran distribusi
barang impor, serta kelancaran proses produksi.
Sistem logistik
saat ini masih belum ideal. Tingginya biaya logistik selalu menjadi isu hangat
dalam sistem perlogistikan nasional. Belum terbangunnya sistem informasi online
(e-logistics) yang terintegrasi untuk menyediakan informasi dan data mengenai
sumber penyediaan dan permintaan barang, tarif, transportasi, dan pelayanan
birokrasi merupakan peluang yang dijawab dengan National Logistic Ecosystem
(NLE) sebagai salah satu pilar key driver dalam sistem logistik nasional.
Dalam proses pengembangannya, NLE menerapkan
konsep Open API Collaboration. Dengan Open API Collaboration, NLE diharapkan dapat
berperan menjadi kolaborator dengan cara menyediakan open platform dan open API
dalam bekerja sama dengan partner dan digital ecosystem untuk mempermudah dan mempercepat
pengembangan solusi/layanan baru, inovasi, dan model bisnis di bidang logistik.
Kunci keberhasilan dari pengembangan NLE adalah kolaborasi. Kolaborasi antar
kementerian/lembaga ini bukan hanya dari segi teknologi namun juga regulasi.
Implementasi berkelanjutan dan perluasaan penggunaan dari sektor swasta akan
mengakselerasi pengembangan NLE.
Sumber Referensi :
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/165574/1/Dhika%20Sudi%20Nurdiana.pdf