DISKUSI 1
INISIASI 2
DISKUSI 2
INISIASI 3
TEKNIK
PENARIKAN SAMPEL
Saudara mahasiswa minggu yang lalu
kita telah mendisukusikan tentang populasi dan sample. Dalam minggu ini kita
akan melanjutkan diskusi tentang teknik penarikan sampel. Untuk menambah pemahaman Anda tentang materi ini, Anda dapat juga mempelajari
dan memanfaatkan “Program Komputer Penuntun Buku Materi Pokok CD ROM, yang
telah Anda terima pada saat memperoleh Buku Materi Pokok (BMP) ISIP4216.
Sebagaimana telah kita pelajari pada modul
5 KB 1, sebenarnya dalam suatu penelitian kondisi yang ideal adalah peneliti
harus meneliti seluruh populasi atau yang kita sebut dengan “total sampling”.
Kondisi seperti ini dapat dilakukan jika jumlah populasi yang akan diteliti
terbatas atau sedikit.
Ambil saja contoh berikut: Rektor UT
ingin mengetahui bagaimana tanggapan pegawai UPBJJ-UT Surabaya terhadap rencana
perubahan Organisasi dan Pengelolaan
UT menjadi BHPP UT. Di
UPBJJ-UT Surabaya terdapat 50 orang pegawai. Dalam hal ini, Rektor bisa
melakukan penelitian terhadap seluruh pegawai di UPBJJ-UT Surabaya, karena
jumlahnya hanya sedikit.
Anda bisa memandingkan, dengan
penelitian berikut. Rektor ingin mengetahui pendapat mahasiswa UT tentang
pemanfaatan facebok sebagai media interaksi dalam raangka proses belajar
mengajar. Sebagaimana kita tahu bahwa mahasiswa UT berjumlah ratusan ribu dan
tersebar di seluruh Indonesia,
bahkan hingga di luar negeri. Tentunya untuk melakukan penelitian terhadap
seluruh mahasiswa UT tidak semudah melakukan penelitian terhadap seluruh
pegawai di UPBJJ-UT Surabaya. Salah satu cara yang dilakukan adalah menarik
sebagian dari populasi yang ada untuk mewakili seluruh elemen yang tersedia.
Dengan demikian, dapat kita simpulkan
bahwa alasan perlunya dilakukan penentuan sampel dalam suatu penelitian adalah;
(1) adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, jika meneliti seluruh
populasi apalagi dalam bentuk yang banyak, (2) untuk menjamin kualitas data
yang diperoleh, dan (3) menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Sekarang
pertanyaannya adalah bagaimana teknik penarikan sampel dilakukan.
Dalam modul 5 KB 2, kita sudah
mempelajari bahwa dalam penelitian sosial terdapat dua macam teknik penarikan
sampel, yakni (1) teknik penarikan sampel probabilita, dan (2) teknik penarikan
sampel non-probabilita. Teknik penarikan sampel probabilita adalah teknik
penarikan sampel yang mendasarkan pada prinsip bahwa setiap elemen di dalam
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Sementara
itu, teknik penarikan sampel non-probabilita adalah tidak adanya kesempatan
yang sama bagi elemen di dalam populasi untuk terpilih sebagai sampel.
Perlu kita pahami bersama teknik
penarikan sampel ini dapat menentukan mutu atau hasil akhir penelitian yang
kita lakukan. Jika teknik yang digunakan tidak tepat, maka penelitian tersebut
dapat dipertanyakan dan kebermaknaannya akan hilang. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang teknik penarikan sampel sangat diperlukan oleh peneliti. Berikut ini
akan dijelaskan prosedur atau langkah-langkah penarikan sampel secara probabilita
dan non-probabilita.
A. Teknik Penarikan Sampel Secara Probabilita
Terdapat empat cara yang bisa
digunakan di dalam teknik penarikan sampel secara probabilita, yaitu simpel random sampling, sistematis, stratifikasi, dan cluster.
1.
Teknik pengambilan sampel acak sederhana (Simpel Random Sampling)
Sampel acak
sederhana adalah sampel yang diambil dari suatu populasi dengan cara tidak
memilih-milih individu yang dijadikan anggota sampel. Artinya, semua anggota
populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Untuk
memahaminya Anda bisa melihat Gambar 1.
Gambar 1
Penarikan Sampel
Acak Sederhana
Prosedur atau langkah-langkah
penentuan sampel secara acak sederhana ini adalah sebagai berikut:
1.
Tentukan populasi yang akan diteliti
2.
Tentukan ukuran sampel yang akan digunakan
3.
Memberikan nomor pada semua anggota populasi
4.
mengambil nomor tersebut secara acak sebanyak sampel yang
telah ditentukan pada langkah 2.
Ada dua cara untuk melakukan
langkah-langkah tersebut:
(1)
Kita bisa menuliskan nomor-nomor tersebut dalam
potongan-potongan kecil kertas dan menggulungnya. Potongan-potongan kertas yang
tergulung tersebut kita masukkan ke kotak dan kita cocok sehingga kita tidak
mampu lagi mengenali nomor-nomornya. Potongan-potongan tersebut kita ambil
secara acak, misalnya dengan cara mengocok sebanyak jumlah sampel yang kita
tetapkan. Nomor-nomor yang terpilih itulah yang merupakan nomor individu
anggota sampel, dan
(2)
menggunakan tabel bilangan random
2. Teknik penerikan sampel Sistematis (Systematical Sampling)
Teknik penarikan
sampel dipilih berdasarkan nomor tertentu dari populasi yang telah diberi nomor
urut. Nomor tertentu disini berarti nomor yang telah didisain atau ditetapkan
secara sistematis oleh peneliti sehingga selisih atau perbedaan nomor antara
setiap dua individu yang diambil selalu tetap. Misalnya, jika peneliti menetapkan
bahwa selisih antar dua anggota sampel adalah 6, maka peneliti akan memilih
individu yang bernomor 1, 7, 13, 19, dst.
Gambar 2
Penarikan Sampel
Sistematis
Prosedur penentuan sampel sistematis
- Tentukan populasi yang akan diteliti
- tentukan ukuran sampelnya
- Buat daftar nama atau nomor anggota populasi
- Tentukan besarnya interval antara 2 anggota sampel
yang berurutan Interval dapat ditentukan dengan cara membagi jumlah
anggota populasi dengan jumlah sampel yang dikehendaki.
- Tentukan satu anggota sampel yang pertama dari
deretan teratas daftar nama/nomor populasi
- Sampel kedua, ketiga, dan sterusnya ditentukan
dengan menambah besar angka interval.
3. Teknik penerikan sampel secara stratifikasi (Stratified Sampling)
Teknik penarikan
sampel stratifikasi digunakan apabila peneliti beranggapan bahwa populasinya
bersifat sangat heterogen. Misalnya, peneliti akan melakukan penelitian tentang
motivasi mahasiswa UT menggunakan facebook. Peneliti menduga bahwa ada
perbedaan motivasi antara laki-laki dan
perempuan, atau antara fakultas ekonomi dengan FISIP. Untu itu peneliti membagi
populasi mahasiswa UT ke dalam starata atau subpopulasi berdasarkan jenis
kelamin atau berdasarkan fakultas.
Dalam penarikan sampel dengan
menggunakan stratifikasi, ada dua cara yang bisa dilakukan oleh peneliti untuk
menarik sampel dari masing-masing subpopulasi, berdasarkan pengambilan
proporsional dan non-proporsional.
a. penarikan sampel proporsional
Proporsional berarti jumlah
masing-masing strata dalam sampel sebanding dengan jumlah masing-masing strata
dalam populasinya. Misalnya, kita akan meneliti tentang pemanfaatan facebook
pada mahasiswa FISIP UT berdasarkan jurusan. Kita akan menarik sampel sebanyak
100 orang dari populasi dengan karakteristik berikut:
Jurusan sosiologi = 25 orang
Jurusan administrasi negara =
50 orang
Jurusan komunikasi =
75 orang
Jurusan pemerintahan = 20 orang
_________
170 orang
Dengan demikian, jumlah sampel yang
akan diambil dari masing-masing strata adalah:
Jurusan administrasi negara 50/170 x 100 = 29,4 29
Jurusan komunikasi 75/170 x 100 = 44,1 44
Jurusan pemerintahan 20/170
x 100 = 11,7 12
______________
Total sampel 100
b. penarikan sampel secara non-proporsional
Teknik ini digunakan untuk
menghindari bias yang muncul akibat adanya perbedaan jumlah anggota strata yang
terlalu jauh antara masing-masing strata. Jika kita kembali pada contoh di
atas, namun dengan sedikit perbedaan. Misalnya dalam jumlah strata jurusan
pemerintahan jumlahnya sangat ekstrim, sepeti berikut:
Jurusan sosiologi =
25 orang
Jurusan administrasi negara =
40 orang
Jurusan komunikasi
= 75 orang
Jurusan pemerintahan = 2 orang
_________
142 orang
Jika kita menggunakan cara yang
proporsional, maka kita akan mendapatkan hasil sebagai berikut:
Jurusan sosiologi 25/142 x 100 = 17,6 18
Jurusan administrasi negara 50/142 x 100 = 28,2 28
Jurusan komunikasi
75/142 x 100 = 52,8 53
Jurusan pemerintahan 2/142 x 100 = 1,4 1
______________
Total sampel 100
Dengan cara proporsional, maka
jurusan pemerinthn hanya ada 1 orang, sehingga sulit untuk dijadikan
perbandingan. Pada kondisi demikian, maka cara non-proporsional sebaiknya
digunakan, yaitu dengan cara peneliti mengambil seluruh jurusan pemerintahan
yang ada, dan mengurangi strata yang lain.
4. Teknik penarikan sampel cluster (Cluster Sampling)
Teknik penarikan sampel ini digunkan
jika kita memiliki keterbatasan dalam menyusun kerangka sampel, mengingat
populasi yang ada sangat besar dan tersebar dalam wilayah yang luas. Untuk
mengatasi ini peneliti dapat menggunakan beberapa kerangka sampel atau beberapa
tahapan penarikan sampel, sampai peneliti dapat menarik sampel yang diinginkan.
Hal ini dilakukan dengan cara membagi populasi ke dalam beberpa cluster atau
tingkatan.
B. Teknik Penarikan Sampel Secara Non-Probabilita
Teknik penarikan sampel secara
non-probabilita dibagi kedalam 4 cara, yaitu; penarikan sampel aksidental,
purposive, secara kuota, dan snowball.
1. Teknik penarikan sampel aksidental
Teknik penarikan ini digunakan jika
populasi penelitian relatif homogen dan peneliti sulit untuk menyusun kerangka
sampel. Misalnya, peneliti ingin mengtehaui tentang pendat mahasiswa UT
terhadap pelayanan registrasi. Dengan memakai teknik ini, maka peneliti
menunggu mahasiswa di bagian pelayanan mahasiswa. Setiap mahasiswa yang datang
ke bagian pelayanan mahasiswa akan dijadikan sebagai sampel, sampai sejumlah
yang diinginkan.
2. Teknik penarikan sampel purposive
Teknik ini digunakan dengan menentukan kriteria khusus terhadap sampel, dan
dilakukan berdasar pilihan langsung peneliti. Misalnya, peneliti ingin
mengetahui efektivitas pembelian bahan ajar melalui Toko Buku Online. Populasi penelitiannya adalah seluruh mahasiswa UT program non pendas yang
ada di UPBJJ-UT Surabaya. Penentuan mahasiswa non pendas sebagai populasi
penelitian adalah karena saat ini TBO-UT hanya diperuntukkan bagi mahasiswa
program non pendas. Teknik penentuan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu pembatasan sampel dengan hanya mengambil unit
sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Artinya, responden dipilih atas
kriteria atau pertimbangan yang telah ditetapkan oleh peneliti. Adapun kriteria
sampel yang ditetapkan adalah:
a.
mahasiswa UT program non pendas,
b.
pernah membali bahan ajar melalui TBO-UT.
Untuk memperoleh sampel tersebut, peneliti memperolehnya dari pegawai Toko Karunika UT. Berdasarkan
laporan pemesanan dan penjualan bahan ajar dari bulan Januari – Juni 2009,
diketahui bahwa jumlah mahasiswa UT yang telah melakukan pembelian bahan ajar
dan yang berasal dari UPBJJ-UT Surabaya adalah sekitar 170 orang. Karena
jumlahnya relatif sedikit maka semuanya dijadikan sebagai sampel.
3. Teknik penarikan samepel secara kuota
Teknik ini digunakan oleh peneliti
jika populasinya cenderung heterogen dan tersebar luas. Prinsip penarikan
sampelnya sama dengan prinsip penarikan sampel di dalam cluster, hanya jika
dalam penarikan sampel secara cluster, pemilihan wilayahnya dilakukan secara
acak dengan menggunakan undian, maka dalam penarikan sampel dengan menggunakan
kuota pemilihan wilayahnya dilakukan dengan cara sengaja.
4. teknik penarikan sampel snowball
Teknik ini dilakukan jika peneliti
ingin mendalami suatu kasus yang sifatnya sensitif sehingga peneliti sulit
untuk membuat kerangka sampel. Dalam teknik ini maka peneliti harus membuat
suatu jaringan dalam bentuk sosiogram yang melibatkan seluruh objek penelitian.
Sesuai dengan namanya, maka peneliti memulai dengan mencari responden dalam
kelompok yang kecil, kemudian dari kelompok kecil tersebut, peneliti
mendapatkan informasi tentang calon responden berikutnya. Begitu seterusnya
sehingga peneliti mendapatkan jumlah responden sesuai dengan yang diinginkan.
Nah, untuk memperdalam pemahaman
Anda tentang teknik penarikan sampel, sekarang coba Anda berlatih menentukan
sampel dari contoh-contoh berikut:
1.
Cobalah Anda menarik sampel berdasar tabel angka random
yang ada pada modul hal : 5.21, jika diketahui jumlah populasi sebanyak 350,
dan peneliti akan mengambil sampel sebanyak 35.
2.
Cobalah Anda mengambil sampel dengan menggunakan teknik
penarikan sampel sistematis, jika diketahui jumlah populasi sebanyak 1450 dan
peneliti akan mengambil sampel sebanyak 450 orang.
3.
Cobalah Anda mengambil sampel dengan menggunakan teknik
stratifikasi, jika peneliti ingin meneliti tentang sikap mahasiswa UT terhadap
pemanfaatan facebook yang didasarkan pada fakultas, dimana mahasiswa FISIP
sebanyak 250 orang, mahasiswa FEKON sebanyak 450 orang, mahasiswa FMIPA
sebanyak 112 orang, dan mahasiswa FKIP sebanyak 350. Sampel yang akan diambil
sebanyak 150 orang.
Silakan Anda mencoba, ingat lebih
baik salah dalam menjawab dan menanggapi pada tuton ini dari pada melakukan
kecurangan pada saat UAS.
MATERI TAMBAHAN
POPULASI DAN SAMPEL
PENGERTIAN POPULASI
Populasi adalah kumpulan keseluruhan
item ( misalnya, orang, perokok,
alamat ) sampel yang dipilih. Selain itu, populasi merupakan kumpulan dari
individu dengan kualitas dan ciri-ciri yang telah ditetapkan. Kami
mendefinisikan populasi sebagai sekelompok subyek yang minimal memiliki satu
kesamaan karakteristik yang akan dikenai generalisasi pada suatu hasil
penelitian.
Karakteristik tersebut akan membedakannya
populasi dengan kelompok subjek yang lain. Sebagai contoh, populasi dapat
dibatasi cirinya dengan menunjuk pada lokasi seperti “penduduk di
kelurahan Jembatan Besi”, yang berarti
semua penduduk pada lokasi kelurahan tersebut akan dikenai generalisasi hasil
penelitian. Masing masing dari individu pada populasi tersebut memiliki minimal
satu kesamaan yaitu tinggal di kelurahan Jembatan Besi. Namun agar lebih
spesifik, populasi dapat dibatasi dengan memberikan lebih banyak karakteristik,
seperti “penduduk kelurahan Jembatan Besi, berjenis kelamin laki-laki, sudah
menikah”. Dengan demikian, tidak semua penduduk kelurahan Jembatan Besi menjadi
populasi penelitian melainkan hanya penduduk yang memenuhi ciri-ciri tersebut.
Semakin
sedikit karakteristik populasi yang diidentifikasikan maka populasi akan
semakin heterogen dikarenakan berbagai ciri subjek akan terdapat dalam
populasi. Sebaliknya, semakin banyak ciri subjek yang disyaratkan sebagai
populasi, yaitu semakin spesifik karakteristik populasinya maka populasi itu
akan menjadi semakin homogen.
Sebelum menentukan cara-cara pengambilan sampelnya, Peneliti perlu
menentukan lebih dahulu karakteristik populasinya secara jelas. Dengan tujuan
peneliti akan mengetahui apakah populasinya homogen atau heterogen, mengetahui
siapa saja yang memenuhi syarat sebagai anggota populasi, dapat memperkirakan
besarnya sampel yang harus diambil, dan tahu persis kepada siapa generalisasi
kesimpulan penelitiannya nanti akan dikenakan.
Populasi dengan jumlah individu tertentu disebut populasi finit,
sedangkan populasi dengan jumlah yang tidak tetap disebut populasi infinit.
Contoh dari populasi finit adalah jumlah siswa dalam suatu sekolah, jumlah
penduduk dalam satu kelurahan, dan sebagainya. Sedangkan contoh dari populasi
infinit adalah jumlah individu di suatu terminal, jumlah pengunjuk suatu tempat
hiburan, dan sebagainya.
Pengertian Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, yang
ciri-ciri dan karakteristiknya benar-benar diselidiki dalam suatu penelitian.
Pada dasarnya penggunaan sampel dalam
penelitian didasari oleh pertimbangan efisiensi sumber daya. Sumber daya
penelitian adalah waktu, tenaga, dan dana. Sering kali populasi yang menjadi
target dalam penelitian demikian besarnya, hal ini tentunya akan membutuhkan
tenaga dan dana yang besar, atau seringkali terbentur dengan keterbatasan waktu
pelaksanaan penelitian.
Karenanya dengan
pertimbangan-pertimbangan dan prosedur-prosedur tertentu peneliti dimungkinkan
untuk tidak meneliti semua anggota populasi melainkan hanya sebagian dari
anggota populasi yang disebut sampel.
Seperti yang telah dijelaskan diatas,
idealnya peneliti harus menyelidiki selurung anggota populasi. Bila sampel
terlalu besar peneliti dapat mengambil sampel yang representatif, yaitu mewakili
populasinya. Karena sampel merupakan
bagian dari populasi, tentu harus memiliki ciri-ciri yang sama yang dimiliki
oleh populasinya. Kerepresentatifan sampel sangat tergantung pada sejauhmana
karakteristik sampel itu sama dengan karakteristik populasinya.
Terdapat dua kepentingan yang bertolak
belakang yang dihadapi peneliti. Di satu sisi karena pertimbangan sumber daya,
waktu, dan biaya tadi peneliti ingin mengambil sampel sedikit mungkin. Namun
disisi lain sampel yang diambil harus representatif. Sampel yang semakin besar
(mendekati jumlah populasi) maka sampel tersebut akan semakin
representatif. Karenanya untuk
menjembatani kedua kepentingan tersebut diperlukan sampel yang representatif
dengan jumlah minimum, artinya peneliti harus mencari batas jumlah sampel
terkecil namun tetap mewakili populasinya.
Selain itu, kerepresentatifan diusahakan dengan teknik-teknik
pengambilan sampel. Pada dasarnya teknik-teknik pengambilan sampel terdiri atas
cara probabilitas (probability
sampling) dan cara nonprobabilitas (nonprobability sampling). Dengan
probability sampling setiap subjek dalam
populasi harus memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel, hal
demikian tidak terjadi pada non-probability sampling.
Ukuran Sampel
Ukuran
sampel menjadi sedemikian penting dan memerlukan pengetahuan dan perhatian
khusus mengingat ukuran sampel merupakan salah satu upaya mendapatkan sampel
yang representatif. Sering timbul pertanyaan, seberapa besar ukuran sampel yang
diambil agar mendapatkan data yang representatif ?, beberapa literatur
menyatakan bahwa besarnya sampel tidak boleh kurang dari 10%, tetapi ada pula
yang menyebutkan ukuran sampel minimal adalah 5% dari populasinya.
Sebenarnya
penentuan besar kecilnya ukuran sampel sangat bergantung kepada
heterogenitas-homogenitas populasi, tingkat presisi yang diinginkan peneliti,
rancangan analisis, dan efesiensi dari biaya, waktu dan tenaga.
Semakin
homogen populasi maka sampel yang diambil juga semakin kecil, sebaliknya
apabila populasi amat beragam / heterogen, maka ukuran sampel yang dibutuhkan
akan semakin besar.
Semakin
tinggi tingkat presisi yang dikehendaki peneliti, maka akan semakin besar
ukuran sampel yang dibutuhkan. Jadi semakin besar sampel atau semakin mendekati
ukuran populasi maka penduga akan mendekati nilai yang sebenarnya.
Seringkali
besarnya sampel yang diduga sudah mencukupi sesuai dengan presisi yang
dikehendaki misalnya 100 orang, tetapi apabila peneliti kaitkan dengan
kebituhan analisis misalnya akan dihubungkan jenjang kepangkatan (gol. II, gol
III, gol. IV) dengan kepuasan kerja mungkin saja jumlah sampel tidak akan
mencukupi karena kebayakan karyawan adalah karyawan kontrak atau golongan I dan
II.
Sebagai
konsekuensi dari penentuan presisi yang tinggi adalah jumlah sampel yang besar,
tentu ini akan memakan banyak waktu, biaya dan tenaga. Hendaknya peneliti juga
mempertimbangkan ketiga aspek tersebut dalam menentukan sampel penelitian.
Berikut
akan disajikan ilustrasi mengenai keterkaitan ukuran sampel dengan
kerepresentatifan data.
Sebagai
ilustrasi perhatikan sekelompok data dari nilai psikometri berikut :
Dari
populasi yang terdiri dari sepuluh orang diperoleh rata-rata prestasi belajar
psikometri 6,9. Setelah diambil empat orang responden secara acak ( pada sampel
I ) diperoleh rata-rata 5,5. Sedangkan pada sampel II jumlah responden sedikit
diperbanyak dengan menambah dua orang responden D dan G, diperoleh rata-rata
sebesar 6,5.
Dari
ilustrasi tersebut didapat perbedaan mean yang besar antara populasi dengan
sampel I dengan empat orang responden. Perbadaan ini akan semakin kecil apabila
jumlah sampel ditambah seperti pada sampel II. Ilustrasi tersebut merupakan
salah satu pembuktian bahwa semakin besar sampel maka akan semakin
representatif.
Penentuan ukuran sampel dapat ditempuh dengan berbagai cara,
diantaranya dengan tabel dan rumus. Dalam buku ini akan diuraiakan tabel
penentuan jumlah sampel menurut tabel Morgan dan Harry King selain perhitungan
menggunakan rumus.
Tabel Morgan mensyaratkan peneliti untuk
mengetahui jumlah dari populasi yang akan diteliti. Tabel ini memuat dua kolom
yakni N sebagai ukuran populasi dan S sebagai ukuran sampel minimum yang harus
diambil.
Misalnya : diketahui jumlah populasi yang akan di selidiki berjumlah
500 orang, maka peneliti tinggal melihat angka 500 pada kolom N dan kemudian
lihat kolom S sejajar dengan angka 500 tadi, maka didapat angka 217. Angka 217
ini merupakan jumlah sampel minimum yang harus diambil oleh peneliti untuk
menjalankan penelitiannya.
Setelah jumlah sampel diketahui yaitu sebesar 217, kemudian peneliti
memilih siapa-siapa saja subyek yang akan dijadikan sampel tersebut, dengan
kata lain peneliti harus memilih 217 dari 500 orang yang ada. Untuk keperluan
ini peneliti memerlukan teknik sampling yang sesuai.
Tugas1
TUGAS I
MATA KULIAH METODE PENELITIAN SOSIAL
Dewasa ini, perkembangan media massa elektronik, khususnya televisi di Indonesia cukup pesat. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai stasiun televisi swasta seperti TPI, RCTI, SCTV, Indosiar, Metro TV, Trans TV, LatiVi, TV-7, Global TV, JTV, TV education, dan lain-lain. Teknologi komunikasi ini telah menjadi komponen yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Selama 24 jam stasiun televisi saling berpacu menyajikan acara dan siarannya, seperti berita, kriminalitas, kekerasan, drama, dan sinetron yang paling banyak digemari masyarakat. Pengaruh tayangan televisi tersebut menyebabkan banyak anak-anak yang lalai mengerjakan pekerjaan rumah dengan alasan sibuk menonton televisi. Bahkan banyak yang terlambat masuk sekolah gara-gara terlambat bangun tidur karena semalaman menonton televisi. Data siswa SD Negeri 1 Mulyorejo – Surabaya menunjukkan bahwa siswa yang terlambat masuk sekolah mencapai 60% perhari. Akibatnya, prestasi belajar siswa mengalami penurunan, dengan indikator banyak siswa yang tinggal kelas.
Banyaknya jumlah siswa yang tinggal kelas di SD Negeri 1 Mulyorejo – Surabaya, maka Kepala Sekolah berencana meneliti seluruh siswa yang berjumlah 500 orang, dengan perincian siswa kelas I sebanyak 75 orang, siswa kelas II sebanyak 110 orang, siswa kelas III sebanyak 85 orang, siswa kelas IV sebanyak 50 orang, siswa kelasV sebanyak 65 orang, dan siswa kelas VI sebanyak 115 orang. Kepala sekolah menatapkan sampel sebanyak 300 orang dari populasi.
Bacalah contoh kasus di atas, kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini.
1.Cobalah Anda rumuskan judul penelitian yang paling cocok untuk dijadikan sebagai suatu penelitian sosial.
2.Tentukan mana variabel dependent (variabel tergantung/terikat) dan variabelindependent (variabel bebas) yang dapat Anda identifikasi dari masalah di atas.
3.Coba tentukan jenis penelitian yang paling tepat. Jelaskan alasan anda.
4. Uraikan desain penelitian yang seharusnya dipilih bagi penelitian ini.
INISIASI 4
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Saudara mahasiswa, minggu yang lalu kita sudah mendiskusikan tentang
materi populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel. Kita juga sudah
mengetahui bahwa langkah selanjutnya setelah menentukan populasi dan menentukan
sampel, kegiatan berikutnya adalah pengumpulan data. Langkah awal dari
pengumpulan data adalah penyusunan instrument penelitian.
Pada minggu ini kita akan mencoba mendiskusikan materi tentang
teknik pengumpulan data yang dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu teknik pengumpulan data penelitian kualitatif
dan teknik pengumpulan data penelitian kuantitatif.
Namun, sebelum kita membahas lebih lanjut tentang bagaimana teknik
pengumpulan data, ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu perbedaan antara penelitian
kualitatif dengan penelitian kuantitatif. Penelitian
kualitatif merupakan suatu proses penelitian, yang mirip dengan pekerjaan
detektif. Dari sebuah penelitian akan dihimpun data-data utama dan sekaligus
data tambahannya. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan. Sedangkan data tertulis, foto, dan statistik adalah
data tambahan. Dengan demikian biasanya data penelitian kualitatif, adalah data
yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.
Sedangkan, penelitian
kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang dilakukan secara sistematis
terhadap bagian-bagian dan fenomena serta untuk mengukur hubungan-hubungan yang
terjadi. Dengan demikian, proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam
penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental
antara pengamatan emperis dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan
kuantitatif. Untuk memudahkan membedakan penelitian kualitatif dengan
penelitian kuantitatif dapat Anda lihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan Penelitian Kuantitatif dengan Penelitian
Kualitatif
Penelitian
Kualitatif
|
Penelitian
Kuantitatif
|
Desain tidak terinci, fleksibel, timbul "emergent"
serta berkembang sambil jalan antara
lain mengenai tujuan, subjek, sampel, dan sumber data.
|
Desain terinci dan
mantap.
|
Desain sebenarnya baru diketahui dengan jelas setelah
penelitian
selesai (retrospektif).
|
Desain
direncanakan sebelumnya pada tahapan persiapan (projektif)
|
Tidak mengemukakan hipotesis sebelumnya, hipotesis lahir
sewaktu penelitian dilakukan; hipotesis berupa "hunches", petunjuk yang
bersifat sementara dan dapat berubah; hipotesis berupa pertanyaan yang
mengarahkan pengumpulan data.
|
Mengemukakan
hipotesis sebelumnya, yang akan diuji kebenarannya.
|
Hasil penelitian terbuka, tidak diketahui sebelumnya karena jumlah
variabel penelitian tidak terbatas
|
Hipotesis
menentukan hasil yang diharapkan; hasil telah diramalkan (apriori); hasil
penelitian telah terkandung di dalam hipotesis, jumlah variabel terbatas |
Desain fleksibel, langkah-langkah
tidak dapat dipastikan sebelumnya dan hasil penelitian tidak dapat diketahui
atau diramalkan sebelumnya
|
Dalam desain jelas
langkah-langkah penelitian serta hasil yang diharapkan
|
Analisis data dilakukan sejak mula penelitian dan dilakukan bersamaan
dengan pengumpulan data, walaupun analisis akan lebih banyak pada tahap-tahap
selanjutnya.
|
Analisis data
dilakukan setelah semua data terkumpul pada tahap akhir. |
Sumber : diadaptasi dari berbagai sumber
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian Kualitatif
Dibandingkan dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif
memliki sifat fleksibel. Fleksibel diartikan sebagai peneliti bisa saja memulai
mengumpulkan data di lapangan terlebih dahulu, baru setelah itu peneliti
menyusun proposal. Jika dalam penelitian kuantitatif instrumen penelitian
(teknik pengumpul data) yang digunakan umumnya dalam bentuk kuesioner, tetapi
di dalam penelitian kualitatif selalu mengandalkan pada peneliti sebagai
instrumen penelitian, karena itu dalam pengumpulan data sebaiknya peneliti
sendirilah yang harus turun ke lapangan.
Untuk dapat melakukan pengumpulan data dengan baik ada beberapa
tahapan yang harus dilakukan, yaitu; melakukan persiapan, menentukan site penelitian, menentukan strategi
yang dilakukan, mendapatkan akses, membangun rapport, serta mengumpulkan data.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian Kuantitatif
Terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, dan yang paling
utama adalah menggunakan teknik angket
atau kuesioer. Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data
secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan
responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi
sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.
Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai
dengan presepsinya.
Instrumen penelitian merupakan alat bantu peneliti melakukan
pengumpulan data. Mutu instrumen akan menentukan mutu dari data yang
dikumpulkan, sehingga hubungan instrumen dengan data adalah sebagai jantungnya
penelitian yang saling terkait antara; latar belakang, permasalahan, tujuan,
manfaat, kerangka pemikiran, asumsi dan hipotesis penelitian.
Terkait dengan validitas dan reabilitas yang sudah kita jelaskan
minggu lalu, maka penyusunan pertanyaan yang akan diajukan di dalam instrumen
penelitian juga harus diperhatikan oleh peneliti. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah menyusun
operasionalisasi konsep dengan baik. Operasionalisasi konsep ini merupakan
upaya peneliti untuk menjabarkan konsep ke dalam indikator yang sifatnya
emperik, sehingga dengan berbekal pada operasionalisasi konsep peneliti bisa
menyusun instrumen penelitian.
Langkah-langkah dalam menyusun instrumen
penelitian
1.
menentukan
konsep-konsep
2.
mengidentifikasi
variabel
3.
menentukan
kategori
4.
menjabarkan
variabel menjadi sub-variabel (dimensi)
5.
mencari
indikator/aspek setiap sub variabel
6.
merumuskan
setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen
Kita coba melihat operasionalisasi konsep
dari tingkat kesejahteraan yang didefenisikan sebagai terpenuhinya kebutuhan
sandang, panangan, dan papan.
Konsep
|
Variabel
|
Kategori
|
Dimensi
|
Indikator
|
No Pertanyaan
|
Kesejahteraan
|
Tingkat Kesejahteraan
|
·
Tinggi
·
Rendah
|
Pangan
|
- makan tiga kali sehari
- pola empat sehat lima sempurna
|
1,2,3,4
|
|
|
|
Sandang
|
- Frekuensi membeli pakaian dalam sebulan
|
5
|
|
|
|
Papan
|
- Status kepemilikan rumah
- Tipe bangunan rumah
|
6, 7
|
Dengan dibuatnya operasionalisasi konsep
tentang kesejahteraan, maka peneliti dengan mudah menyusun instrumen penelitian.
Caranya, peneliti tinggal memindahkan indikator yang sudah dibuatnya menjadi
pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Contoh instrumen yang bisa dibuat oleh
peneliti adalah sebagai berikut.
1. Berapa kali dalam sehari Anda mengkonsumsi
makanan utama?
1. 1
kali
2. 2
kali
3. 3
kali
4. >
3 kali
2. Apakah dalam menu makanan utama setiap hari
Anda mengonsumsi daging?
1. Ya
2. Tidak
3. Apakah dalam menu makana utama setiap hari Anda
mengonsumsi nasi?
1. Ya
2. Tidak
4. pakah dalam menu makana utama setiap hari Anda
mengonsumsi buah?
1. Ya
2. Tidak
5. Berapa kali Anda membeli pakaian
baru dalam sebulan?
1. Tidak pernah
2. 1 kali
3. 2 kali
4. 3 kali
5. > 3 kali
6. Apakah Anda sudah memiliki rumah?
1. Ya
2. Tidak
7. Bagaimana tipe bangunan rumah Anda?
1. semi
permanen
2.
permanen
Untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang
ada dalam kuesioner ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu antara
lain:
1.
Jangan membuat pertanyaan yang double barelled, atau
pertanyaan yang mengandung lebih dari satu pertanyaan
2.
Jangan membuat pertanyaan yang me-leading atau
mengarahkan jawaban responden
3.
Jangan membuat pertanyaan yang
kategori jawabannya tidak muttualy
exclusive, atau kategori jawaban yang ada saling tumpang tindih
4.
Jangan membuat pertanyaan yang
kategori jawabannya tidak exhaustive
atau tidak tuntas.
Nah, sekarang, coba Anda buat pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan 4
(empat) ketentuan yang ada di atas. Akan lebih baik jika Anda bisa membuat
lebih dari satu contoh untuk masing-masing ketentuan tersebut.
POPULASI,
SAMPEL, DAN TEKNIK PENARIKAN SAMPEL
Saudara mahasiswa, materi inisiasi ini
diambil dari modul. Jadi, kaitkan materi ini dengan materi lengkap yang ada
dalam BMP ISIP4216. Untuk menambah
pemahaman Anda tentang materi ini, Anda dapat juga mempelajari dan memanfaatkan
“Program Komputer Penuntun Buku Materi Pokok CD ROM, yang telah Anda terima
pada saat memperoleh Buku Materi Pokok
(BMP) ISIP4216.
Sebagaimana telah kita pelajari pada modul
5 KB 1, sebenarnya dalam suatu penelitian kondisi yang ideal adalah peneliti
harus meneliti seluruh populasi atau yang kita sebut dengan “total sampling”.
Kondisi seperti ini dapat dilakukan jika jumlah populasi yang akan diteliti
terbatas atau sedikit.
Ambil saja contoh berikut: Rektor UT
ingin mengetahui bagaimana tanggapan pegawai Kantor UPBJJ-UT Surabaya terhadap
rencana perubahan Organisasi dan Pengelolaan UT menjadi BLU. Di UPBJJ-UT
Surabaya terdapat 50 orang pegawai. Dalam hal ini, Rektor bisa melakukan
penelitian terhadap seluruh pegawai di UPBJJ-UT Surabaya, karena jumlahnya hanya
sedikit.
Anda bisa memandingkan, dengan
penelitian berikut. Rektor ingin mengetahui pendapat mahasiswa UT tentang
pemanfaatan facebook sebagai media interaksi dalam rangka proses belajar
mengajar. Sebagaimana kita tahu, mahasiswa UT berjumlah ratusan ribu dan
tersebar di seluruh Indonesia, bahkan hingga di luar negeri. Tentunya untuk
melakukan penelitian terhadap seluruh mahasiswa UT tidak semudah melakukan penelitian
terhadap seluruh pegawai di UPBJJ-UT Surabaya. Salah satu cara yang dilakukan
adalah menarik sebagian dari populasi yang ada untuk mewakili seluruh elemen
yang tersedia. Sebagian dari pipulasi itulah yang disebut sampel.Kegiatan untuk
menentukan sampel disebut teknik penarikan sampel atau sampling.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa alasan
dilakukan penentuan sampel dalam suatu penelitian adalah; (1) adanya
keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, jika meneliti seluruh populasi
apalagi dalam bentuk yang banyak, (2) untuk menjamin kualitas data yang diperoleh,
dan (3) menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Sekarang
pertanyaannya adalah bagaimana teknik penarikan sampel dilakukan.
Dalam modul 5 KB 2, kita sudah
mempelajari bahwa dalam penelitian sosial terdapat dua macam teknik penarikan
sampel, yakni (1) teknik penarikan sampel probabilita, dan (2) teknik penarikan
sampel non-probabilita. Teknik penarikan sampel probabilita adalah teknik
penarikan sampel yang mendasarkan pada prinsip bahwa setiap elemen di dalam
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Sementara
itu, teknik penarikan sampel non-probabilita adalah tidak adanya kesempatan
yang sama bagi elemen di dalam populasi untuk terpilih sebagai sampel.
Perlu kita pahami bersama teknik
penarikan sampel ini dapat menentukan mutu atau hasil akhir penelitian yang
kita lakukan. Jika teknik yang digunakan tidak tepat, maka penelitian tersebut
dapat dipertanyakan dan kebermaknaannya akan hilang. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang teknik penarikan sampel sangat diperlukan oleh peneliti. Berikut ini
akan dijelaskan prosedur atau langkah-langkah penarikan sampel secara
probabilita dan non-probabilita.
A. Teknik Penarikan Sampel Secara Probabilita
Terdapat empat cara yang bisa
digunakan di dalam teknik penarikan sampel secara probabilita, yaitu simple random sampling, sistematis, stratifikasi, dan cluster.
1.
Teknik pengambilan sampel acak sederhana (Simpel Random Sampling)
Sampel acak
sederhana adalah sampel yang diambil dari suatu populasi dengan cara tidak
memilih-milih individu yang dijadikan anggota sampel. Artinya, semua anggota
populasi diberi kesempatan atau peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Untuk
memahaminya Anda bisa melihat Gambar 1.
Gambar 1
Penarikan Sampel
Acak Sederhana
Prosedur atau langkah-langkah
penentuan sampel secara acak sederhana ini adalah sebagai berikut:
1.
Tentukan populasi yang akan diteliti
2.
Tentukan ukuran sampel yang akan digunakan
3.
Memberikan nomor pada semua anggota populasi
4.
mengambil nomor tersebut secara acak sebanyak sampel yang
telah ditentukan pada langkah 2.
Ada dua cara untuk melakukan
langkah-langkah tersebut:
(1)
Kita bisa menuliskan nomor-nomor tersebut dalam
potongan-potongan kecil kertas dan menggulungnya. Potongan-potongan kertas yang
tergulung tersebut kita masukkan ke kotak dan kita cocok sehingga kita tidak
mampu lagi mengenali nomor-nomornya. Potongan-potongan tersebut kita ambil
secara acak, misalnya dengan cara mengocok sebanyak jumlah sampel yang kita
tetapkan. Nomor-nomor yang terpilih itulah yang merupakan nomor individu
anggota sampel, dan
(2)
menggunakan tabel bilangan random
2. Teknik penerikan sampel Sistematis (Systematical Sampling)
Teknik penarikan
sampel dipilih berdasarkan nomor tertentu dari populasi yang telah diberi nomor
urut. Nomor tertentu disini berarti nomor yang telah didisain atau ditetapkan
secara sistematis oleh peneliti sehingga selisih atau perbedaan nomor antara
setiap dua individu yang diambil selalu tetap. Misalnya, jika peneliti menetapkan
bahwa selisih antar dua anggota sampel adalah 6, maka peneliti akan memilih
individu yang bernomor 1, 7, 13, 19, dst.
Gambar 2
Penarikan Sampel
Sistematis
Prosedur penentuan sampel sistematis
- Tentukan populasi yang akan diteliti
- tentukan ukuran sampelnya
- Buat daftar nama atau nomor anggota populasi
- Tentukan besarnya interval antara 2 anggota sampel
yang berurutan Interval dapat ditentukan dengan cara membagi jumlah
anggota populasi dengan jumlah sampel yang dikehendaki.
- Tentukan satu anggota sampel yang pertama dari
deretan teratas daftar nama/nomor populasi
- Sampel kedua, ketiga, dan sterusnya ditentukan
dengan menambah besar angka interval.
3. Teknik penerikan sampel secara stratifikasi (Stratified Sampling)
Teknik penarikan
sampel stratifikasi digunakan apabila peneliti beranggapan bahwa populasinya
bersifat sangat heterogen. Misalnya, peneliti akan melakukan penelitian tentang
motivasi mahasiswa UT menggunakan facebook. Peneliti menduga bahwa ada perbedaan
motivasi antara laki-laki dan perempuan,
atau antara fakultas ekonomi dengan FISIP. Untu itu peneliti membagi populasi
mahasiswa UT ke dalam starata atau subpopulasi berdasarkan jenis kelamin atau
berdasarkan fakultas.
Dalam penarikan sampel dengan menggunakan
stratifikasi, ada dua cara yang bisa dilakukan oleh peneliti untuk menarik
sampel dari masing-masing subpopulasi, berdasarkan pengambilan proporsional dan
non-proporsional.
a. penarikan sampel proporsional
Proporsional berarti jumlah
masing-masing strata dalam sampel sebanding dengan jumlah masing-masing strata
dalam populasinya. Misalnya, kita akan meneliti tentang pemanfaatan facebook
pada mahasiswa FISIP UT berdasarkan jurusan. Kita akan menarik sampel sebanyak
100 orang dari populasi dengan karakteristik berikut:
Jurusan sosiologi = 25 orang
Jurusan administrasi negara =
50 orang
Jurusan komunikasi
= 75 orang
Jurusan pemerintahan = 20 orang
_________
170 orang
Dengan demikian, jumlah sampel yang
akan diambil dari masing-masing strata adalah:
Jurusan administrasi negara 50/170 x 100 = 29,4 29
Jurusan komunikasi 75/170 x 100 = 44,1 44
Jurusan pemerintahan 20/170
x 100 = 11,7 12
______________
Total sampel 100
b. penarikan sampel secara non-proporsional
Teknik ini digunakan untuk
menghindari bias yang muncul akibat adanya perbedaan jumlah anggota strata yang
terlalu jauh antara masing-masing strata. Jika kita kembali pada contoh di
atas, namun dengan sedikit perbedaan. Misalnya dalam jumlah strata jurusan
pemerintahan jumlahnya sangat ekstrim, sepeti berikut:
Jurusan sosiologi =
25 orang
Jurusan administrasi negara =
40 orang
Jurusan komunikasi
= 75 orang
Jurusan pemerintahan = 2 orang
_________
142 orang
Jika kita menggunakan cara yang
proporsional, maka kita akan mendapatkan hasil sebagai berikut:
Jurusan sosiologi 25/142 x 100 = 17,6 18
Jurusan administrasi negara 50/142 x 100 = 28,2 28
Jurusan komunikasi
75/142 x 100 = 52,8 53
Jurusan pemerintahan 2/142 x 100 = 1,4 1
______________
Total sampel 100
Dengan cara proporsional, maka
jurusan pemerinthn hanya ada 1 orang, sehingga sulit untuk dijadikan
perbandingan. Pada kondisi demikian, maka cara non-proporsional sebaiknya
digunakan, yaitu dengan cara peneliti mengambil seluruh jurusan pemerintahan
yang ada, dan mengurangi strata yang lain.
4. Teknik penarikan sampel cluster (Cluster Sampling)
Teknik penarikan sampel ini digunkan
jika kita memiliki keterbatasan dalam menyusun kerangka sampel, mengingat
populasi yang ada sangat besar dan tersebar dalam wilayah yang luas. Untuk
mengatasi ini peneliti dapat menggunakan beberapa kerangka sampel atau beberapa
tahapan penarikan sampel, sampai peneliti dapat menarik sampel yang diinginkan.
Hal ini dilakukan dengan cara membagi populasi ke dalam beberpa cluster atau
tingkatan.
B. Teknik Penarikan Sampel Secara Non-Probabilita
Teknik penarikan sampel secara
non-probabilita dibagi kedalam 4 cara, yaitu; penarikan sampel aksidental,
purposive, secara kuota, dan snowball.
1. Teknik penarikan sampel aksidental
Teknik penarikan ini digunakan jika
populasi penelitian relatif homogen dan peneliti sulit untuk menyusun kerangka
sampel. Misalnya, peneliti ingin mengtehaui tentang pendat mahasiswa UT
terhadap pelayanan registrasi. Dengan memakai teknik ini, maka peneliti
menunggu mahasiswa di bagian pelayanan mahasiswa. Setiap mahasiswa yang datang
ke bagian pelayanan mahasiswa akan dijadikan sebagai sampel, sampai sejumlah
yang diinginkan.
2. Teknik penarikan sampel purposive
Teknik ini digunakan dengan menentukan kriteria khusus terhadap sampel, dan
dilakukan berdasar pilihan langsung peneliti. Misalnya, peneliti ingin
mengetahui efektivitas pembelian bahan ajar melalui Toko Buku Online. Populasi penelitiannya adalah seluruh mahasiswa UT program non pendas yang
ada di UPBJJ-UT Surabaya. Penentuan mahasiswa non pendas sebagai populasi
penelitian adalah karena saat ini TBO-UT hanya diperuntukkan bagi mahasiswa
program non pendas. Teknik penentuan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yaitu pembatasan sampel dengan hanya mengambil unit
sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Artinya, responden dipilih atas
kriteria atau pertimbangan yang telah ditetapkan oleh peneliti. Adapun kriteria
sampel yang ditetapkan adalah:
a.
mahasiswa UT program non pendas,
b.
pernah membali bahan ajar melalui TBO-UT.
Untuk memperoleh sampel tersebut, peneliti memperolehnya dari pegawai Toko Karunika UT. Berdasarkan
laporan pemesanan dan penjualan bahan ajar dari bulan Januari – Juni 2009,
diketahui bahwa jumlah mahasiswa UT yang telah melakukan pembelian bahan ajar
dan yang berasal dari UPBJJ-UT Surabaya adalah sekitar 170 orang. Karena
jumlahnya relatif sedikit maka semuanya dijadikan sebagai sampel.
3. Teknik penarikan samepel secara kuota
Teknik ini digunakan oleh peneliti
jika populasinya cenderung heterogen dan tersebar luas. Prinsip penarikan
sampelnya sama dengan prinsip penarikan sampel di dalam cluster, hanya jika
dalam penarikan sampel secara cluster, pemilihan wilayahnya dilakukan secara
acak dengan menggunakan undian, maka dalam penarikan sampel dengan menggunakan
kuota pemilihan wilayahnya dilakukan dengan cara sengaja.
4. teknik penarikan sampel snowball
Teknik ini dilakukan jika peneliti
ingin mendalami suatu kasus yang sifatnya sensitif sehingga peneliti sulit
untuk membuat kerangka sampel. Dalam teknik ini maka peneliti harus membuat
suatu jaringan dalam bentuk sosiogram yang melibatkan seluruh objek penelitian.
Sesuai dengan namanya, maka peneliti memulai dengan mencari responden dalam
kelompok yang kecil, kemudian dari kelompok kecil tersebut, peneliti
mendapatkan informasi tentang calon responden berikutnya. Begitu seterusnya
sehingga peneliti mendapatkan jumlah responden sesuai dengan yang diinginkan.
VALIDITAS DAN REABILITAS
Saudara mahasiswa pada
inisiasi yang lalu kita telah mendiskusikan tentang materi populasi dan teknik
penentuan sampel. Dalam minggu
ini kita akan mendiskusikan tentang pengumpulan data yang sangat penting
peranannya dalam menentukan keberhasilan kegiatan penelitian. Mengapa? Jika data yang dikumpulkan dilakukan dengan alat yang salah,
maka bisa dipastikan hasil penelitian yang diperoleh akan salah. Oleh karena
itu, bagaimana memperoleh alat untuk mengumpulkan data yang benar akan kita
diskusikan dalam materi validitas dan reliabilitas.
A. Validitas
Vailiditas berasal dari bahasa Inggris ”validity” yang berarti
keabsahan. Validitas dapat juga diartikan
sebagai kesesuaian antara indikator dengan konsep. Dalam penelitian, keabsahan
sering dikaitkan dengan instrumen atau alat ukur. Suatu alat ukur dikatakan
mempunyai nilai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut benar-benar dapat
mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya, jika kita ingin mengukur tinggi
badan, maka alat ukur yang digunakan adalah meteran; jika ingin mengukur berat
badan, maka alat ukur yang digunakan adalah timbangan. Pengukuran semacam ini
relatif mudah dilakukan karena obyeknya konkrit.
Namun, berbeda dengan obyek penelitian sosial yang
biasanya berwujud abstrak dan seringkali memiliki makna yang luas, sehingga
pengukuran lebih sulit dilakukan. Misalnya pengukuran sikap politik perempuan
perkotaan di Indonesia. Untuk bisa mengukutnya dengan tepat, maka kita harus
menyusun instrumen atau alat ukur sedemikian rupa sehingga dapat mengukur sikap
politik perempuan perkotaan di Indonesia.
Caranya, pertama-tama kita harus merumuskan siapakah yang
dimaksud dengan perempuan perkotaan. Atau dengan kata lain kita harus terlebih
dahulu membuat defenisi operasional tentang konsep ”perempuan perkotaan”.
Misalnya, apakah perempuan yang sudah berkeluarga, yang masih lajang, yang
bekerja, atau yang tidak bekerja? Jika misalnya kita menentukan bahwa yang
dimaksud perempuan perkotaan yang sudah berkeluarga dan bekerja, maka berarti
kita telah mengubah konsep yang abstrak menjadi konkret dengan memberikan
pembatasan pengertian konsep ”perempuan perkotaan”. Dengan demikian, secara
teoritik alat ukur yang digunakan dapat dikatakan valid apabila didesain untuk
mengukur sikap politik perempuan perkotaan yang sudah berkeluarga dan bekerja
(sesuai defenisi operasional kita tentang perempuan perkotaan).
Kemudian, kita harus membuat defenisi tentang pengertian
”sikap politik” yaitu tentang apa yang kita maksud dengan sikap politik.
Setelah konsep kita buat, barulah kita menyusun alat ukur
atau instrumen penelitian, yang bisa berbentuk kuesioner, panduan wawancara,
dan atau pedoman observasi.
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan
validitas, yaitu ketetapatan dan ketelitian. Alat ukur penelitian dikatakan
tepat apabila benar-benar mengukur konsep konkrit yang ditetapkan, dan
dikatakan teliti jika dapat menampilkan fakta sebenarnya yang ada di lapangan.
Validitas dibagi tiga jenis, yaitu; Pertama, validitas permukaan (face
validity) adalah validitas yang dibuat berdasarkan kesan ilmiah peneliti
terhadap alat ukurnya, yakni apakah kelihatannya alat ukur tersebut benar-benar
mengukur apa yang hendak diukur. Validitas ini biasanya digunakan untuk
mengukur konsep sederhana yang dapat langsung dirujuk dengan indikator emperik
di lapangan. Misalnya, dengan berkunjung ke rumah seseorang maka kita akan tahu
tingkat kepeduliannya terhadap kebersihan. Jika pemilik rumah memiliki kamar
mandi yang bersih, maka hal itu bisa dijadikan dasar perkiraan tingkat
kepedulian terhadap kebersihan.
Kedua, validitas kriteria (criterion validity), adalah validitas yang diperoleh dengan cara membandingkan
alat ukur yang kita buat dengan alat ukur lain yang menggunakan konsep atau
kriteria sana. Suatu alat ukur dikatakan valid jika dalam mengukur konsep yang
sama menghasilkan hasil yang sama dengan yang diperoleh oleh alat ukur yang
dijadikan pembanding. Misalnya, untuk mengetahui pandangan remaja terhadap
narkoba, bisa saja peneliti menggunakan kriteria pengetyahuan remaja tentang
narkoba, dan pandangan remaja di kota besar dan kota kecil. Untuk alat ukur
yang digunakan, bisa dilakukan dengan cara melakukan uji coba pengkuran dengan
alat lain yang menggunakan kriteria yang sama.
Ketiga, validitas konstrak (Construct validity), sering dikatakan sebagai prosedur validasi
yang paling kuat, sehingga tingkat validitasnya juga jauh lebih tinggi dibanding
dengan jenis validitas lainnya. Validitas ini digunakan jika konsep yang hendak
diukur lebih rumit (dibandingkan dengan konsep yang diukur oleh validitas
lainnya) dan terdiri dari banyak dimensi, sehingga diperlukan indikator yang
lebih lengkap. Misalnya, dalam penelitian tentang pandangan remaja terhadap
narkoba, peneliti memiliki hipotesis bahwa makin negatif pandangan remaja
terhadap narkoba (sebagai obat terlarang, bisa merusak syaraf, dan sebagainya)
makin kecil kemungkinan remaja tersebut menjadi pengguna narkoba. Dengan alat
ukur A, hasil penelitian ternyata mendukung hipotesis, artinya memang ada
hubungan antara pandangan remaja dengan kecenderungan menjadi pengguna narkoba.
Kemudian peneliti mengembangkan lagi alat ukur B untuk mengukur hal yang sama.
Jika hasil penelitiannya menunjukkan hasil yang sama, maka berarti alat ukur
memiliki validitas konstruk.
B. Reliabilitas
Reliabilitas
berasal dari bahasa Inggris reliability yang berarti kemantapan. Suatu alat
ukur dikatakan reliabel jika alat tersebut dipergunakan secvara berulang
ternyata hasil pengukurannya relatif sama. Reliabilitas alat ukur sangat
penting karena menunjukkan ketepatan dan kemantapan suatu hasil penelitian.
Aspek-aspek
penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan reabilitas adalah; dapat
diandalkan (dependable), dapat diramalkan (predictable), menunjukkan ketepatan
(precisely).
Ada tiga cara
mengukur realibilitas, yaitu; Pertama, metode ulang adalah alat ukur yang sama
diberikan atau diujikan kembali pada responden yang sama teta[i pada waktu yang
berbeda. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika hasil
dari pengukuran pertama relatif sama dengan hasil pengukuran berikutnya. Jika
ada perbedaan hasil pengukuran, maka alat ukur tersebut berarti tidak reliabel.
Kedua, metode
paralel, pengujian realibilitas dilakukan dengan dua cara. Cara pertama,
pengukuran dilakukan oleh dua orang peneliti dengan menggunakan alat ukur yang
sama. Cara kedua, pengukuran dilakukan oleh satu orang peneliti, namun
menggunakan alat ukur yang berbeda. Masing-masing cara tersebut mengukur konsep
yang sama menggunakan kelompok responden yang sama, dan dilaksanakan pada waktu
yang sama. Pada cara pertama, alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas yang
tingi jika hasil yang diperoleh oleh kedua peneliti sama. Pada cara kedua, alat
ukur dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika hasil pengukuran keduanya
sama.
Tiga, metode
belah dua, alat ukur dibagi menjadi beberapa bagian yang berbeda, umumnya
dibagi menjadi dua bagian. Bagian-bagian alat ukur tersebut berfungsi untuk
mengukur konsep yang sama, artinya setiap bagian harus terdiri dari pertanyaan
yang homogen di mana seluruh pertanyaan mengukur faktor atau konsep yang sama.
Masing-masing alat ukur tersebut diberi skor dan kemudian dijumlahkan. Hasil
kedua skor total bagian tersebut dibandingkan. Jika hasil perbandingan
menunjukkan korelasi yang tinggi, maka alat ukur tersebut memiliki reliabilitas
yang tinggi. Sebaliknya, jika hasil perbandingan menunjukkan korelasi yang
rendah, maka alat ukur tersebut memiliki reabilitas yang rendah.
Daftar Pustaka Tambahan
Aslichati,
lilik, 2003. Validitas dan Reabilitas Pengukuran, di muat pada Komunika,
terbitan Universitas Terbuka, Nomor 31/Tahun 2003.
DISKUSI 4
LATIHAN 1
Untuk memperdalam pemahaman Anda tentang populasi, sample, dan teknik penarikan sampel, sekarang coba Anda berlatih menentukan sampel dari contoh-contoh berikut:
1.Cobalah Anda menarik sampel berdasar tabel angka random yang ada pada BMP ISIP4216, modul 5 hal : 5.21, jika diketahui jumlah populasi sebanyak 350, dan peneliti akan mengambil sampel sebanyak 35.
2.Cobalah Anda mengambil sampel dengan menggunakan teknik penarikan sampel sistematis, jika diketahui jumlah populasi sebanyak 1450 dan peneliti akan mengambil sampel sebanyak 450 orang.
3.Cobalah Anda mengambil sampel dengan menggunakan teknik stratifikasi, jika peneliti ingin meneliti tentang sikap mahasiswa UT terhadap pemanfaatan facebook. Unit analisis didasarkan pada fakultas, dimana mahasiswa FISIP sebanyak 250 orang, mahasiswa FEKON sebanyak 450 orang, mahasiswa FMIPA sebanyak 112 orang, dan mahasiswa FKIP sebanyak 350. Sampel yang akan diambil sebanyak 150 orang.
Silakan Anda berlatih, teman lain boleh megireksi atau menanggapi jika ada jawaban yang salah. Ingat lebih baik salah dalam menjawab dan menanggapi pada tuton ini dari pada melakukan kecurangan pada saat UAS.
INISIASI 5
PENGEMBANGAN TES NON-KOGNITIF ( Dr. KUNCONO )
TUGAS 2
TUGAS 2
1.Seorang peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Tingkat Partisipasi Mahasiswa UT dalam Pemanfaatan Toko Buku Online (TBO-UT)”. Untuk memudahkan penyusunan instrumen penelitian, maka peneliti telah menentukan operasionalisasi konsep dari partisipasi mahasiswa adalah "kesediaan mahasiswa untuk memanfaatkan TBO", yang diukur dari usaha untuk mencari informasi tentang TBO-UT, aksebilitas terhadap TBO-UT, dan proses pemesanan bahan ajar. Disamping itu, peneliti juga telah menentukan indikator apa saja yang perlu diukur dalam penyusunan instrumen penelitian, sebagai berikut:
Konsep
|
Variabel
|
Kategori
|
Dimensi
|
Indikator
|
partisipasi
|
Tingkat partisipasi mahasiswa
|
·Tinggi
·Rendah
|
Mencari informasi TBO
|
-Sumber informasi TBO
-Memiliki panduan TBO
|
|
|
|
Pemesanan bahan ajar
|
-Sudah pernah memesan
-Berapakali memesan
-Jumlah pemesanan
|
|
|
|
Aksebilitas
|
-Akses membuka TBO
-Lama pemesanan
-Kesulitan pemesanan
-Cara mengatasi
|
Berdasarkan operasionalisasi konsep tentang partisipasi sebagaimana terlihat pada tabel di atas, buatlah instrumen penelitian dengan mempertimbangkan validitas dan reabilitas yang baik. Sebutkan pula tingkat signifikanasi validitas dan reliabilitas instrumen yang Anda buat itu.
2. Di bawah ini ada beberapa contoh pertanyaan dalam instrumen penelitian. Cobalah Anda tentukan, apakah pertanyaan berikut ini sudah benar atau belum. Jika belum, cobalah perbaiki dan berikan alasannya. Jadi jawaban Anda tidak boleh hanya sekedar jawaban Ya atau Tidak.
1.Apakah Anda setuju jika pelaksanaan kenaikan BBM bersubsidi ditunda?
a. Ya
b. Tidak
Alasannya..............................................................................................
2.Jika Anda setuju, berapa lama penundaan yang menurut Anda layak?
a. 1 bulan
b. 6 bulan
c. 1 tahun
3. Apakah menurut Anda sistem subsidi BBM yang ada saat ini sebaiknyadiperbaiki?”
a. Ya
b. Tidak
c. Alasannya...............................................................................
3. Cobalah Anda membuat sebuah instrumen penelitian untuk mengukur variabel-variabel yang ada didalam contoh kasus berikut ini.
Seorang karyawan baru di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta berencana akan menabungkan setengah dari gaji yang diterimanya per bulan di Bank Mandiri. Berbekal pengetahuan yang didapatnya selama kuliah MPS di Universitas Terbuka, maka ia mencoba melakukan penelitian untuk mengetahui ”bagaimana tingkat kepuasan nasabah Bank Mandiri”. Menurutnya pelayanan yang diterima nasabah dengan harapan yang dimiliki dapat menentukan tingkat kepuasan nasabah. Kepuasan diartikan sebagai terpenuhinya harapan menjadi kenyataan yang ada. Harapan nasabah antara lain adanya kemudahan proses pendaftaran, tersedianya ATM, bunga bank yang ditawarkan tinggi, serta jaminan keamanan tabungan nasabah. Tingkat kepuasan ini muncul akibat adanya pelayanan yang diberikan oleh Bank Mandiri. Dengan demikian, semakin baik pelayanan yang diberikan bank, semakin tinggi pula tingkat kepuasan nasabah.
INISIASI 6
Pengolahan
Data
Saudara mahasiswa dalam inisiasi 5 kita telah mendiskusikan tentang teknik
pengumpulan data, baik melalui kuesioner, wawancara, dan observasi. Nah, setelah
pengumpulan data, tahapan selanjutnya yang harus dilalui peneliti adalah
melakukan pengolahan data. Tahapan pengolahan data juga tidak kalah pentingnya
dengan tahapan yang lain, karena apabila terjadi kesalahan dalam pengolahan
data akan berakibat kesimpulan penelitian yang diambil salah, sehingga tujuan
penelitian yang diharapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, dalam inisiasi
6 ini kita akan mendiskusikan teknik pengolahan data kualitatif dan
kuantitatif.
Pengolahan Data Kualitatif
Pengolahan data kualitatif sedikit berbeda dengan
pengolahan data kuantitatif. Jika pada pengolahan data kuantitatif dilakukan
setelah seluruh kuesioner (angket) terkumpul, tetapi pengolahan data kualitatif
dapat dilakukan bersamaan dengan tahap pengumpulan data. Pengolahan data
kualitatif didasarkan pada catatan lapangan yang sudah dibuat oleh peneliti
saat mengumpulkan data.
Seperti halnya dalam pengolahan data kuantitatif, dalam
penelitian kualitatif peneliti juga melakukan proses pemberian kode-kode.
Proses pemberian kode pada catatan lapangan bisa dilakukan dengan melakukan
kategorisasi data. Peneliti juga bisa membedakannya ke dalam bentuk-bentuk
pengamatan yang ada, yaitu pengamatan berstruktur dan pengamatan tidak
berstruktur.
Pengolahan Data Kuantitatif
Pengolahan data di dalam penelitian kuantitatif
menggunakan angka-angka yang berfungsi sebagai kode. Untuk pengeolahan data
kuantitatif, saat ini dapat digunakan melalui bantuan komputer
yangh sering dikenal dengan program SPSS (Statistic Program for Social Sciences). Program ini aikan mengolah
data yang sudah diubah ke dalam bentuk angka-angka dan kemudian tinggal
memberikan perintah. Sekalipun mengolah data dengan menggunakan program
kumputer terlihat mudah, tetapi dibutuhkan juga pengetahuan peneliti tentang
statitistik.
Ada
beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam pengolahan data kuantitatif, yaitu :
- Koding data
Menyusun data mentah (jawaban yang ada di dalam kuesioner) ke
dalam bentuk yang mudah dibaca. Koding data juga dapat diartikan mengubah
format pertanyaan yang ada di dalam kuesioner menjadi pernyataan. Jawaban-jawaban responden yang berbentuk
hurup atau tulisan diubah dalam bentuk angka. Untuk membantu melakukan koding,
peneliti dapat menggunakan buku kode. Buku kode adalah sebuah buku yang berisi
panduan tentang variabel-variabel yang ada di dalam kuesioner.
- Entry Data
Entry data adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi
kode-kode berupa angka sesuai dengan yang ada di dalam buku kode. Dengan
menggunakan program SPSS, maka peneliti tinggal memasukkan data-data tersebut
ke dalam program.
- Cleaning Data
Cleaning data adalah proses pemeriksaan
kembali data yang telah dientry apakah sudah sesuai dengan data yang
sebenarnya. Untuk melakukan data entry dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
passible code cleaning adalah upaya
peneliti untuk membersihkan data dari berbagai angka yang tidak mungkin ada di
dalam program. Sedangkan contingency code
cleaning adalah upaya prnrliti untuk melihat keterkaitan antara satu
variabel dengan variabel lainnya.
DISKUSI 6
Jenis pengolahan data yang seperti apasajakah yang terdapat dalam penelitian normatif maupun empiris dalam penelitian ilmu hukum?
INISIASI 7
DISKUSI 7
INISIASI 8
DISKUSI 8