DEA VALENCIA DIBALIK JAHITAN "BATIK KULTUR"
Tanggal 23 Maret 2019 tidak akan terlupakan bagi Dea Valencia. Saat itu, untuk pertama kalinya, Dea mempersembahkan peragaan busana Batik Kultur hasil kerja keras rekan-rekannya para pekerja difabel dan nondifabel. Bertempat di Kaca Coffe & Eatery, Sudirman Jakarta Pusat, Dea mentyuguhkan Tema "Behind The Seams" (Dibalik Jahitan) sekaligus menandai pembukaan gerai Batik Kultur di Jakarta yang terletak di Kaca Coffe & Eatery tersebut.
Kehadiran Perempuan kelahiran Semarang, 14 Februari 1994, di Industri fashion sejak awal memang sudha menarik perhatian. Ketika mengembangkan Batik Kultur delapan tahun lalu, saat masih berusia 17 tahun Dea sudah mencuri perhatian dengan pilihan desain batik yang unik : hanya memberikan aksen pada kain bersiluet sederhana melalui penempatan yang unik lukisan batik kupu-kupu, bunga-bunga, atau burung-burung agar tampilan keseluruhan tak tampak berat.
Dea mengatakan bahwa semua adalah proses panjang, dan saat ini Dea sudah sampai tahap memantapkan pekerjaan dengan berbagai idealisme yang sempat tertunda. Seperti Idealisme memperkerjakan kalangan disabilitas, baginya mmembutuhkan keyakinan besar bahwa mereka mampu. Ia berkeyakinan, para penyandang disabilitas pasti memiliki semangat juang yang tinggi melebihi dugaan banyak orang. "Semangat itu harus di akomodir agar mereka mau terus belajar", ujarnya (Catatan: difabel, disabilitas, atau keterbatasan diri dapat bersifat fisik, kognitif, mental, sensorik, emisional, perkembangan atau beberapa kombinasi dari ini).
Dea menceritakan, awal perkenalannya dengan kalangan disabilita dimulai tahu 2013 ketika ia berkunjung ke salah satu pemasok di daerah Ungaran, Jawa Tengah. Saat itu, Dea tergerak melibatkan mereka dalam pekerjaan, bukan untuk tugas seperti: Urusan administrasi, pasang aplikasi, dan pasang payet; melainkan untuk urusan menggambar batik dan menjahit.
" Ya, memang berproses. Mula-mula hanya memperkerjakan tiga penyandang disabilitas. Lambat laub bertambah terus hingga sekarang mencapai 50 orang. "Kami menganggap mereka seperti karyawan lainnya yang normal. Mereka memiliki tugas yang berbeda-beda, antara lain : menjahit, menjaga toko, dan menjadi fotografer produk. Ketika mereka salah, juga dimarahin," lanjutnya. Dan terbukti, hal ini (dimarahi) berdampak positif ketimbang cuma dikasihani.
Menurut Dea, dampak dari memperkerjakan kalangan disabilitas sungguh luar biasa. Yang terutama dirasakannya adalah banyak orang terinspirasi dari mereka. Selain itu, apa yang dilakukannya juga mendorong teman-teman pengusaha lainnya untuk berbuat sesuatu bagi mereka yang kurang beruntung. Dan bagi klaum difabel lainnya, ada optimisme bahwa mereka tetap bisa bekerja dan diterima di lingkungan kerja.
Bagi Batik Kultur, hal itu juga memberikan berkah tersendiri. Bisnis batik yang dikelola Dea, tahap demi tahap berkembang menggembirakan. Meski 50% dari 120 pekerjanya adalah penyandang disabilitas, jumlah produksinya tidak berkurang. Kini selain memiliki 120 pekerja, pihaknya juga menjalin kemitraan di Pekalongan, Sragen, Solo, Cirebon dan Jepara (tenun). Setiap kemitraan itu setidaknya memberdayakan Lima kemitraan tersebut berhasil memproduksi ribuan lembar kain batik setiap tahun. Dengan rentang harga dari Rp. 400 ribu hingga Rp. 2 juta, Batik Kultur telah di ekspor ke Norwegia, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia, Singapura dan Hongkong. Dikatakan Dea, karena tidak mengikuti iklim summer-spring, seperti produk fashion pada umumnya, ia memang tidak memberikan prioritas besar bagi pasar luar negeri,. "Kami hanya mengikuti event-event di Indonesia, seperti Lebaran, Natal, Tahun Baru, Imlek, dan Hari Kartini. Cycle itu yang kami ikuti," Katanya. Untuk negara yang memiliki empat musim, tekstur bahan batik memang ada yang tidak cocok untuk musim-musim tertentu. Menurutnya, Batik cocoknya di illim tropis seperti Indonesia. "Jadi, fokus utama kami memang belum ekspor. Kami fokus mengembangkan pasar yang ada di Indonesia karena pasarnya masih sangat besar sekali untuk di-explore," Dea menjelaskan.
Dalam amalan Dea, saat ini masih banyak orang yang belum suka menggunakan batik karena dianggap terlalu formal dan kaku. Maka, untuk menyasar kaum muda, ia pun membuat motif batik yang tidak terlalu penuh, Batik hanya sebagai aksen kecil, misalnya pada saku. Kemudian, batik tidak selalu berkerah atau lengan panjang, ada juga cutting leher atau off shoulder agar terlihat lebih santai. Untuk memberi kesan pinggang yang lebih ramping, selain lewat potongan baju, juga bisa menggunakan aksen tambahan, misalnya tali ikat. Jadi, seperti ada tali di tengah, bisa diikat sesuai selera..
"Intinya, kami tetap ingin fokus di batik tulis dan tidak ada rencana merambah produk lain, seperti tas atau sepatu," ungkap Dea. Ia berharap bisa mempertahankan 50% karyawannya yang merupakan kaum disabilitas.
Disarikan dari : https://swa.co.id/youngster-inc/entrepreneur-youngsterinc/dea-valencia-di-balik-jahitan-batik-kultur
PERTANYAAN SOAL :
1. Dalam bidang pemasaran, untuk dapat menentukan pasar sasaran (targeting) yang tepat terdapat berbagai macam strategi yang dapat digunakan.
a. Jelaskan 5 macam strategi penentuan pasar sasaran yang dapat dipilih oleh pemasar. (15)
b. Sesuai wacana diatas, identifikasi dan berikan argumen anda strategi manakah yang digunakan oleh Batik Kultur Dea Valencia. (05)
2. Keberhasilan suatu usaha tidak terlepas dari starategi yang akan diambil. Strategi perusahaan berkaitan dengan kegiatan untuk menentukan seberapa sumber daya yang akan diinvestasikan dalam bisnis yang ada ataupun bisnis baru yang direncanakan.
a. Identifikasi dan jelaskan berbagai macam strategi pertumbuhan yang sering digunakan manajer dalam meraih kesuksesan. (24)
b. Identifikasi strategi-strategi mana yang digunakan Dea Valencia berdasarkan wacana di atas dan berikan argumen anda. (11)
3. Asumsikan usaha Batik Kultur ini sudah semakin berkembang sehingga membutuhkan modal kerja yang besar. Batik Kultur memiliki data sebagai berikut :
1) Tingkat perputaran persediaan terjadi sebanyak 7 kali dalam setahun
2) Rata-rata pembayaran utang dagang selama 35 hari
3) Masa pengumpulan piutang selama 60 hari
4) Tingkat penjualan per tahun diproyeksikan sebesar Rp 1.500 Milyar
5) Jika harga pokok produk terjual sebesar 80% dari penjualan, dan pembelian sebesar 65% dari harga pokok produk terjual, 1 tahun dihitung 365 hari.
Selaku Manajer Keuangan Batik Kultur, Anda diminta untuk :
a. Hitunglah Operating Cycle dan Cash Conversion Cycle perusahaan Batik Kulur. (10)
b. Hitunglah kebutuhan modal kerja perusahaan Batik Kultur. (20)
4. Batik Kultur dalam merekrut tenaga kerjanya memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk bergabung dalam perusahaan. Hal ini tentu saja sudah dipertimbangkan secara matang oleh pihak manajer Batik Kultur dalam mengelola tenaga kerjanya. Salah satu tujuan pengelolaan tenaga kerja adalah untuk meningkatkan produktivitas. Selaku Manajer Sumber Daya Manusia Batik Kultur, Anda diminta untuk menjelaskan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan tenaga kerja. (15)
SKOR TOTAL : 100